CHINA - China menghadapi masalah 'panic buying' karena banyak warganya melakukan penimbunan setelah pemerintah melonggarkan kebijakan Covid-19 yang paling parah minggu lalu.
Orang-orang bergegas memborong ibuprofen, obat flu, dan alat uji Covid di tengah laporan kekurangan.
Produk untuk pengobatan rumahan sekarang sebagian besar tidak tersedia secara online, termasuk lemon dan buah persik kalengan yang kaya vitamin C, dan air elektrolisis.
Dikitip BBC, penimbunan telah menjadi masalah global yang umum, tetapi ini mungkin contoh pertama setelah penguncian dilonggarkan.
BACA JUGA: Wabah Flu Melonjak, RS di Beijing Kewalahan Terima Antrean Pasien yang Membludak
Di China, seperti di tempat lain di dunia, sudah umum melihat orang-orang berbagi foto toko bahan makanan kosong secara online di kota-kota besar menjelang perintah "tetap di rumah" yang ketat diberlakukan.
Tetapi sekarang negara itu telah melonggarkan aturan ketat tan telah memungkinkan orang untuk mengisolasi diri di rumah dan menguji sendiri virusnya.
Ini menyebabkan orang-orang tampaknya panik membeli obat-obatan untuk mengantisipasi gelombang musim dingin.
China Daily melaporkan tentang bagaimana terjadi "pertumbuhan permintaan yang eksplosif" untuk obat pereda nyeri, vitamin, dan obat flu.
Beberapa gerai telah membagikan foto lorong apotek yang kosong. Surat kabar China Daily mencatat bahwa pembelian panik telah begitu marak sehingga pemerintah di kota Guangzhou menyerukan "pembelian yang masuk akal".
"Tidak perlu menimbunnya dalam jumlah besar," katanya dalam sebuah pernyataan. Guangzhou adalah kota yang mengalami jumlah kasus virus tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Minggu lalu, surat kabar Global Times juga mengamati bahwa omzet alat deteksi Covid-19 telah meningkat lebih dari 300% sejalan dengan kebijakan baru China yang melonggarkan Covid. Dikatakan bahwa kit kesehatan dengan cepat kehabisan stok di platform terkemuka seperti JD Health.
Surat kabar ini melaporkan bahwa lemon telah terjual habis di beberapa platform perbelanjaan, serta "teh rasa lemon, permen rasa lemon, dan air soda rasa lemon".
China Daily mengamati tren serupa dengan buah persik kalengan. Tercatat bahwa karena produknya "kaya akan vitamin C" dan "memiliki umur simpan yang lebih lama". Produk ini telah menjadi produk favorit secara online maupun offline.
"Pada beberapa platform belanja online, permintaan buah persik kuning kalengan meningkat sangat tajam sehingga sering diberi label 'kehabisan stok'," kata surat kabar itu. Sina News mengatakan bahwa rumor telah menyebar secara online bahwa buah kalengan ini dapat "meredakan gejala" Covid-19.
Namun dokter membantan hal ini. Mereka juga muncul di CCTV untuk memperingatkan orang-orang agar tidak mengonsumsi vitamin C secara berlebihan. Beberapa bahkan memperingatkan bahwa makan buah persik secara berlebihan dapat "memperparah batuk".
(Susi Susanti)