Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Soal Perang Ukraina, Putin: Rusia Tidak Bisa Disalahkan

Susi Susanti , Jurnalis-Kamis, 22 Desember 2022 |04:56 WIB
Soal Perang Ukraina, Putin: Rusia Tidak Bisa Disalahkan
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Reuters)
A
A
A

RUSIAPresiden Rusia Vladimir Putin percaya Rusia tidak bisa disalahkan atas perang di Ukraina. Dia menegaskan jika kedua negara "berbagi tragedi".

Selama pidato yang disiarkan televisi dengan pejabat militer senior, Putin mengatakan dia terus melihat Ukraina sebagai "negara persaudaraan".

Dalam pidatonya, Presiden Putin mengklaim bahwa Barat telah "mencuci otak" republik-republik pasca-Soviet, dimulai dengan Ukraina.

BACA JUGA:  Putin Bertemu Lukashenko, Ukraina Tingkatkan Pertahanan Perbatasan dengan Belarusia

"Selama bertahun-tahun, kami mencoba membangun hubungan bertetangga yang baik dengan Ukraina, menawarkan pinjaman dan energi murah, tetapi tidak berhasil,” terangnya, dikutip BBC.

BACA JUGA:  Gambar Satelit Terbaru: Rusia Terus Perluas Pangkalan Militer di Kutub Utara Meski Alami Kemunduran di Perang Ukraina

"Tidak ada yang perlu dituduhkan kepada kami. Kami selalu menganggap orang Ukraina sebagai saudara dan saya masih berpikir demikian,” lanjutnya.

"Apa yang terjadi sekarang adalah sebuah tragedi, tapi itu bukan salah kami,” ujarnya.

Kekhawatiran lama Putin tampaknya berasal dari pertumbuhan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejak Uni Soviet runtuh pada 1991.

Tujuan awal NATO adalah untuk menantang ekspansi Rusia setelah Perang Dunia Kedua. Namun Kremlin telah lama berargumentasi bahwa NATO menerima bekas sekutu Soviet karena anggotanya mengancam keamanannya.

Ketegangan antara Kremlin dan Barat meningkat setelah penggulingan Presiden Ukraina pro-Kremlin Viktor Yanukovych pada 2014, setelah berbulan-bulan protes jalanan.

Seperti diketahui, pada Februari lalu, Presiden Putin mengirim hingga 200.000 tentara ke Ukraina memicu perang yang telah menyebabkan ribuan kematian.

Dia mengklaim konflik itu adalah "hasil dari kebijakan negara ketiga". Teori yang menyiratkan ekspansi Barat sebagai penyebabnya, telah berulang kali ditolak di luar Rusia.

Rusia telah meluncurkan lebih dari 1.000 rudal dan drone serang buatan Iran dalam gelombang serangan terhadap infrastruktur listrik Ukraina yang dimulai pada 10 Oktober.

Serangan itu telah menjerumuskan jutaan orang ke dalam kegelapan.

Pejabat militer berjanji untuk melanjutkan apa yang disebut "operasi militer khusus" hingga 2023.

Ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran pada Februari lalu, Putin berjanji hanya tentara profesional yang akan ambil bagian.

Tetapi pada September lalu, semuanya berubah ketika dia mengumumkan "mobilisasi parsial", yang berpotensi merekrut ratusan ribu warga Rusia ke dalam angkatan bersenjata.

Saat ini, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu telah mengusulkan untuk menaikkan rentang usia wajib militer Rusia.

Di bawah undang-undang saat ini, orang Rusia berusia 18-27 dapat dipanggil untuk wajib militer. Shoigu sekarang mengusulkan ini mencakup warga negara berusia 21-30 tahun.

Shoigu juga mengumumkan rencana untuk mendirikan pangkalan di dua kota pelabuhan - Berdyansk dan Mariupol - yang direbut selama serangan Rusia.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir pasukan Ukraina telah membuat serangkaian kemajuan besar, termasuk merebut kembali Kherson - satu-satunya ibu kota regional yang direbut oleh pasukan Rusia sejak invasi.

Pidato itu disampaikan saat pemimpin Ukraina Volodmyr Zelensky tiba di Washington untuk kunjungan pertamanya di luar Ukraina sejak Rusia menginvasi 10 bulan lalu.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement