JAKARTA – Pendiri Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Letkol Inf (Purn) Mochammad Idjon Djanbi tetap dianggap “orang asing” buat pemerintah. Asing kendati sudah mengubah kewarganegaraan, menikahi wanita Indonesia, jadi mualaf, serta mengubah namanya dari Rokus Bernardus Visser menjadi M Idjon Djanbi.
(Baca juga: Jiwa Korsa! Jenderal Kopassus Doni Monardo Kecam Penusukan Kolonel Sugeng Waras)
Sebelumnya, Idjon Djanbi merupakan perwira instruktur Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda. Dia direkrut Panglima Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (kini Kodam III/Siliwangi) Kolonel Alexander Evert Kawilarang, untuk membentuk satu unit pasukan khusus.
Unit pasukan khusus yang sebelumnya, sempat jadi buah pikiran kolega Kawilarang di operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS), Kolonel Ignatius Slamet Rijadi.
Idjon Djanbi dipilih karena sudah qualified dalam pendidikan pasukan khusus dan direkrut dengan diberi pangkat mayor. Tapi pada 1956, Mabes Angkatan Darat (Mabesad) melihat celah pergantian komandan Kopassus ke perwira pribumi.
Idjon Djanbi yang sudah “mencium” hal itu, enggan menerima jabatan baru yang bukan lagi di sektor pelatihan komando. Sempat minta pensiun, tapi pada akhirnya “dikaryakan” di perkebunan.