Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

PERISKOP 2023: Guyuran Bantuan Terus Menerus ke Ukraina, Jaminan Pasti untuk Bekal Perang Panjang Lawan Rusia di Medan Tempur

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 07 Januari 2023 |20:05 WIB
PERISKOP 2023: Guyuran Bantuan Terus Menerus ke Ukraina, Jaminan Pasti untuk Bekal Perang Panjang Lawan Rusia di Medan Tempur
Perang Rusia-Ukraina masih terus berlanjut dan tidak diketahui kapan akan berakhir (Foto: Reuters)
A
A
A

UKRAINAPerang Rusia-Ukraina sepertinya akan terus berlangsung panjang. Kedua negara tidak terlihat tanda-tanda akan menghentikan perang dan bernegosiasi damai. Bahkan sebaliknya, Rusia terus aktif melakukan serangan ke berbagai wilayah Ukraina dengan rudal buatan Iran. Dan seolah tak mau kalah, Ukraina pun terus meluncurkan serangan ke wilayah Rusia.

Karena pertimbangan ini, sekutu barat terus meningkatkan dukungan mereka dengan dana tambahan dan pelatihan militer untuk Ukraina. Hal ini dilakukan untuk mendukung Ukraina melawan perang Rusia di medan tempur. Semua bantuan dikerahkan agar Rusia tak bisa dengan mudah menang perang atas Ukraina.

BACA JUGA:  Rusia Umumkan Gencatan Senjata 36 Jam untuk Peringati Natal Ortodoks, Zelensky: Itu Hanya Kedok

Para pemimpin Uni Eropa (UE) setuju untuk menyediakan dana 18 miliar euro (Rp299 triliun) dalam pembiayaan ke Ukraina tahun depan. Tak hanya itu, UE juga menghukum Moskow dengan paket sanksi kesembilan.

BACA JUGA: Rusia Sebut 89 Tentara Meninggal Akibat Serangan Ukraina di Barak Sementara, Jumlah Korban Tertinggi Sejak Perang Dimulai

Sebelum UE, Amerika Serikat (AS) sudah terlebih dahulu memberikan bantuan militer tambahan senilai USD725 juta (Rp11 triliun) ke Ukraina. Hal ini diumumkan pemerintah AS pada Oktober 2022 lalu,

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pemerintah Kyiv akan menerima tambahan senjata, amunisi dan peralatan dari Pentagon. Hal ini terkait dengan pemboman Rusia baru-baru ini terhadap target di seluruh Ukraina dan bukti yang meningkat dari kekejaman oleh pasukan Rusia.

Dikutip CNN, ini akan membuat total bantuan militer AS untuk Ukraina menjadi lebih dari USD18,3 miliar (Rp283 triliun) sejak awal pemerintahan Biden.

Tak hanya itu, AS juga sempat memasok Ukraina dengan tambahan bantuan militer sebesar USD275 juta (Rp4 triliun). Biden juga pernah mengumumkan memberikan dana bantuan tambahan USD3 miliar (Rp44 triliun).

Menurut Associated Press, bantuan tersebut diharapkan akan digunakan untuk mengisi kembali amunisi untuk sistem artileri Ukraina, termasuk peluncur HIMARS yang telah digunakan oleh pasukan Kyiv untuk menghasilkan efek yang besar.

Inggris juga tak tinggal diam. Perdana Menteri (PM) Inggris kala itu, Boris Johnson muncul di Kyiv, Ukraina dalam perjalanan mendadak untuk menunjukkan dukungan ke negara itu. Inggris mengumumkan memberikan dana bantuan militer baru sebesar 54 juta poundsterling (Rp947 miliar).

Tak hanya bantuan material berupa dana, bantuan moril seperti dukungan juga datang dari seluruh dunia. Seperti dari Australia, Jerman, Finlandia, Polandia, Turki, dan banyak lagi. Di Vatikan, Paus Fransiskus menyerukan "langkah nyata" untuk mengakhiri perang dan mencegah risiko bencana nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia - yang terbesar di Eropa.

Semua bantuan militer ini diperlukan mengingat laporan jika Rusia bersiap dengan perang yang panjang dan lama. Salah satu pejabat senior Ukraina, Brigadir Jenderal Oleksiy Gromov mengatakan dalam pengarahan militer bahwa Rusia sedang mempersiapkan perang yang panjang dan lama.Gromov tidak mengatakan apa tujuan Rusia dalam memperpanjang perang yang sudah berlangsung hampir 10 bulan itu.

Meskipun dia tidak mengharapkan Moskow untuk melancarkan serangan dari Belarusia, namun Rusia diketahui sedang melatih pasukan baru di tanah tetangganya dan telah memindahkan pesawat militer ke sana.

Wakil Menteri Pertahanan Hanna Malyar, pada pengarahan yang sama, memperingatkan agar tidak membiarkan rasa puas diri muncul setelah kemunduran militer Rusia baru-baru ini.

Para pejabat Ukraina menggambarkan Kremlin putus asa untuk membalikkan kemunduran militer baru-baru ini - termasuk mundur dari kota selatan Kherson setelah pendudukan berbulan-bulan - dan mengamankan kemenangan untuk membenarkan perang kepada publik Rusia.

Di sisi lain, Ukraina jelas senang mendapatkan curahan bantuan dan perhatian yang diharapkannya. Bantuan ini memang sudah lama diminta pihak Ukraina. Termasuk bantuan untuk memulihkan sistem jaringan listrik dan pemanas mereka yang hancur akibat serangan besar-besaran Rusia,

Perdana Menteri (PM) Ukraina Denys Shmyhal mengatakan Ukraina membutuhkan bantuan cepat senilai USD1 miliar (Rp15 triliun) untuk mengembalikan jaringan listrik dan sistem pemanas terpusat ke operasi normal.

Shmyhal, dalam pidatonya pada pertemuan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), mengatakan serangan udara Rusia dalam beberapa pekan terakhir telah merusak setengah dari fasilitas infrastruktur utama negara itu.

Perang pun dikabarkan akan semakin ramai dengan hadirnya sistem rudal pertahanan Patriot canggih buatan AS untuk melawan serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia.

Sejak awal perang pada Februari lalu, banyak pertahanan udara Barat telah dikirim. Mulai dari rudal Stinger yang diluncurkan dari bahu manusia, hingga rudal permukaan-ke-udara yang canggih. Semua memberikan tingkat perlindungan yang komprehensif terhadap berbagai ancaman.

Dikutip BBC, Patriot adalah langkah lain di jalur yang sama dan yang akan memusuhi serta mengancam Moskow. Mereka bukan peluru perak, tetapi mereka sangat canggih, efektif dan mahal. Satu rudal Patriot berharga sekitar USD3 juta (Rp47 miliar), atau tiga kali lipat biaya rudal di NASAMS (National Advanced Surface-to-Air Missile System).

Patriot digunakan untuk melawan rudal Scud buatan Rusia Irak selama Perang Teluk pertama dan sejak itu terus dikembangkan oleh Raytheon Technologies. Patriot datang dengan baterai yang mencakup pusat komando, stasiun radar untuk mendeteksi ancaman yang masuk - dan peluncur.

Sementara itu, di sisi Rusia, persiapan perang panjang juga terus dilakukan secara matang. Rusia bahkan mengerahkan musisi ke garis depan perangnya di Ukraina dalam upaya untuk membakar semangat juang.

Kementerian pertahanan mengumumkan pembentukan "brigade kreatif garis depan" minggu ini, dengan mengatakan akan mencakup vokalis dan musisi.

Pemerintah mengatakan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi pasukan garis depan di Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan yang diposting ke Telegram, kementerian pertahanan mengatakan Shoigu terbang di sekitar area penempatan pasukan dan memeriksa posisi maju unit Rusia di zona operasi militer khusus.

Kementerian menambahkan bahwa dia "berbicara dengan pasukan di garis depan" dan di "pos komando". Tetapi BBC tidak dapat memastikan kapan kunjungan itu dilakukan atau apakah Shoigu mengunjungi Ukraina sendiri.

Kunjungan yang dilaporkan itu terjadi ketika para pejabat pertahanan Inggris mengatakan semangat juang yang rendah terus menjadi kerentanan signifikan di sebagian besar pasukan Rusia.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement