Paviliun ditutup untuk pengunjung demi melestarikan peninggalan batu ini, karena orang-orang berulang kali menggedor batang batu untuk menghasilkan not musik, yang menyebabkannya terdegradasi.
Saat ini, turis hanya bisa melihat tanpa menyentuh pilar-pilar yang usianya telah berabad-abad itu. Nyatanya, banyak yang melewati pilar-pilar itu tanpa menyadari betapa besar nilainya.
Tim BBC menatap dengan kagum ke arah corong-corongnya yang halus, mengagumi pangkal dan puncaknya yang kaya akan ukiran.
Ini adalah pilar komposit, yang berarti bahwa setiap pilar terdiri dari beberapa bagian: kolom tengah bantalan beban tebal yang dikelilingi oleh sekelompok kolom batu ramping.
Tim BBC melihat sepasang hingga empat kolom, serta 10 dan 14 kolom yang padat. Pilar-pilar rampingnya bervariasi bentuk dan desainnya: ada yang melingkar, heksagonal, persegi, dan segi delapan. Beberapa dihiasi dengan patung musisi dan penari.
Ketika pemandu tim BBC memberi gambaran jelas mengenai musik dan tarian yang luar biasa ini, sejumlah pertanyaan berputar di benak tim BBC.
Apakah batu-batu ini benar-benar bernyanyi? Jika iya, bagaimana cara kerjanya?
Dugaan pertama tim BBC adalah bahwa pilar-pilar itu kemungkinan besar berongga di dalamnya, sehingga menghasilkan gema yang lebih kuat saat dipukul.