Manjunath segera membantah teori tim BBC. Pada masa lalu, kata dia, beberapa pilar dibedah untuk mencoba memecahkan misteri, tetapi yang ditemukan adalah batu padat.
“Granit porfiritik merah muda yang ditemukan di wilayah ini memiliki kualitas resonansi di beberapa tempat, terutama di bagian yang lebih tipis,” terang Srinivasan.
Menurutnya, meskipun tidak seluruh 56 pilar di Mahamandapa mengeluarkan musik, beberapa di antaranya, seperti gugusan 14 pilar, pasti menghasilkan nada saat dipukul.
“Itu memang mengingatkan tujuh not musik dalam urutan naik dan turun, tangga nada sa-re-ga-ma,” ujarnya.
Ahli arsitektur kuil India Selatan, Meera Natampally setuju bahwa suara musik disebabkan oleh kualitas batuan.
“Tidak ada bahan kimia yang digunakan pada batu ini untuk menghasilkan nada-nada itu,” kata dia.
Saat mengerjakan rekonstruksi visual kompleks Kuil Vithala, Natampally dan ahli metalurgi di situs itu menyimpulkan bahwa lokasi asli batu tersebut berperan menghasilkan suara pilar.
“Granit yang digunakan [untuk pilar] berasal dari tambang lokal yang berbeda, jadi Anda memiliki batu berbeda yang menghasilkan suara berbeda,” ungkapnya.
Dia juga percaya bahwa bentuk, ukuran, dan posisi pilar berperan dalam menentukan suara yang dihasilkannya.