Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Benarkah Percaya Hantu Berguna untuk Mengubah Perilaku ?

Arief Setyadi , Jurnalis-Kamis, 22 Juni 2023 |07:04 WIB
Benarkah Percaya Hantu Berguna untuk Mengubah Perilaku ?
Ilustrasi (Foto: Getty Images/BBC)
A
A
A

HALLOWEEN adalah momen ketika hantu dan dekorasi seram ditampilkan di depan umum. Momen itu sekaligus mengingatkan tentang dunia orang mati.

Namun, bisakah mereka juga memberi pelajaran penting tentang bagaimana menjalani kehidupan bermoral?

Melansir BBC Indonesia, asal-usul Halloween modern bermula dari 'samhain', perayaan Celtic untuk awal musim dingin yang gelap. Pada periode itu, diyakini wilayah antara yang hidup dan yang mati tumpang tindih sehingga hantu bisa lebih mudah ditemui.

Pada 601 M, untuk membantu misinya mengubah penduduk Eropa utara menjadi penganut Kristiani, Paus Gregorius I mengarahkan misionaris untuk tidak menghentikan perayaan kafir, namun membuatnya menjadi perayaan kristen.

Seiring waktu, perayaan samhain menjadi Hari Raya "Semua Orang Kudus" dan Hari Raya "Arwah Semua Orang Beriman". Hari Semua Orang Kudus juga dikenal sebagai All Hallows 'Day dan malam sebelumnya menjadi All Hallows' Evening, atau 'Hallowe'en'.

Tidak hanya kepercayaan kaum pagan mengenai arwah orang mati terus berlanjut. Namun, kepercayaan tersebut juga menjadi bagian dari banyak praktek gereja pada masa itu.

Keyakinan yang menguntungkan

Paus Gregorius I sendiri menyarankan agar orang yang melihat hantu harus mengucapkan doa untuk mereka. Orang mati, dalam pandangan ini, mungkin memerlukan bantuan dari yang hidup untuk menempuh perjalanan menuju surga.

Selama Abad Pertengahan, keyakinan tentang jiwa-jiwa yang terperangkap di api penyucian menyebabkan larisnya indulgensi—pembayaran kepada gereja untuk mengurangi hukuman bagi dosa.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement