NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pohaknya mengeluarkan USD25 juta (Rp378 miliar) dari dana daruratnya untuk membantu memulai respons kemanusiaan gempa dahsyat magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki hingga Suriah.
PBB juga sedang menjelajahi semua jalan untuk mengatur pasokan ke Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan jalan menuju perbatasan Bab al-Hawa dari Turki ke Suriah utara rusak, sehingga sementara mengganggu pengiriman bantuan ke barat laut yang dikuasai pemberontak. Dia mengatakan perbatasan yang melintasi itu sendiri “sebenarnya masih utuh.” Bab al-Hawa adalah satu-satunya penyeberangan di mana bantuan PBB diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
BACA JUGA: WHO Pastikan Pasokan Medis dan Peralatan Trauma Sudah Terbang Menuju Turki, Bantuan Lain Menyusul
Dujarric mengatakan PBB sedang mempersiapkan konvoi untuk melintasi garis konflik di Suriah. Tapi itu kemungkinan akan membutuhkan kesepakatan baru dengan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, yang telah mengepung daerah yang dikuasai pemberontak selama perang saudara.
BACA JUGA: Kunjungi Korban Gempa Turki, Erdogan Akui Kekurangan dalam Merespons Bencana
Dia menjelaskan, di Turki, pengungsi Suriah berjumlah lebih dari 1,7 juta dari 15 juta orang yang mendiami 10 provinsi yang terkena dampak gempa.
Seperti diketahui, korban meninggal akibat gempa besar magnitudo 7,8 yang melanda Turki dan Suriah terus bertambah hingga 12.000 orang, saat tim penyelamat berlomba untuk menyelamatkan korban yang terjebak di bawah puing-puing dalam cuaca yang membekukan.
Para pejabat dan petugas medis mengatakan 9.057 orang tewas di Turki dan 2.992 di Suriah akibat gempa berkekuatan 7,8 pada Senin (6/2/2023), sehingga totalnya menjadi 12.049.
Menurut Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki, 52.979 lainnya terluka, dan 8.000 orang telah diselamatkan hidup-hidup dari puing-puing.
Di Suriah, setidaknya 2.992 orang tewas, yang mencakup setidaknya 1.262 di wilayah yang dikuasai pemerintah dan setidaknya 1.730 di wilayah yang dikuasai pemberontak.
(Susi Susanti)