SURIAH – Lebih dari 15.000 orang tewas akibat gempa magnitude 7,8 yang melanda Turki hingga Suriah pada Selasa 7 Februari 2023. Otoritas Manajemen Bencana Turki (AFAD) mengatakan bahwa korban tewas yang dikonfirmasi di Turki naik menjadi 12.391 pada Kamis (9/12/2023) pagi.
Sementara di Suriah, data terakhir yang terpublikasi pada Rabu (8/2/2023), jumlah korban tewas telah meningkat menjadi setidaknya 2.950 orang, menurut pemerintah dan layanan penyelamatan yang beroperasi di barat laut yang dikuasai pemberontak.
Gempa dahsyat juga banyak sekali mengakibatkan kerusakan, baik bangunan maupun insfrastruktur. Ironisnya, tiga hari pasca gempa, bantuan masih belum menjangkau sebagian wilayah di beberapa lokasi di Suriah. Di provinsi Hatay misalnya, terdapat sekitar 500.000 pengungsi Suriah yang masih belum mendapatkan bantuan.
Tim SAR setempat kesulitan untuk menjangkau wilayah tersebut akibat akses jalan yang rusak akibat gempa. Kejadian gempa ini turut menyisakan kisah pilu dari dua pengungsi di provinsi Hatay. Mereka berhasil selamat setelah berlindung di bawah pohon di tengah cuaca dingin.
“Gempa ini lebih buruk dari bom,” kata Umi Hadi, salah satu pengungsi di provinsi Hatay yang berhasil selamat dari gempa dilansir dari Al Jazeera.
Saat kejadian, dia sedang mengunjungi rumah kerabatnya, Umi Khalid. Tiba-tiba guncangan hebat, sampai membuat aliran listrik seketika terputus. Mereka bergegas lari ke luar rumah dan mendapati situasi di luar yang sangat mencekam.
”Kondisinya sangat menakutkan. Suara teriakan dan tangisan terdengar di mana-mana. Gempa terus saja berlanjut di tengah situasi yang sedang hujan lebat. Kami kira ini kiamat,” lanjutnya.
Umi Hadi juga menuturkan bahwa kejadian gempa ini lebih buruk dari bom yang biasa menyerang wilayah mereka.
“Ketika pesawat tempur mulai mendekat untuk melepaskan bom, kami tahu kapan harus berlindung. Tetapi gempa ini seperti tidak membiarkan kami lolos,” sahut Umi Khalid.
Pasca kejadian, mereka berdua masih bertahan di bawah pohon. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat Suriah juga sedang memasuki musim dingin. Hal ini semakin diperparah dengan semakin langkanya kebutuhan pokok, termasuk makanan. Umi Hadi mengatakan bahwa dirinya tidak dapat menemukan satupun toko roti yang buka.
“Saya sudah menyusuri penjuru kota, tetapi tidak dapat mendapatkan satupun roti untuk anak saya, Hanya ada biskuit tetapi harganya sangat mahal.” katanya.
“Tidak ada listrik, air, maupun gas,” lanjut dia.
Hal tersebut sekaligus membuat harga beberapa kebutuhan pokok meningkat hingga tiga kali lipat. “Kami ingin membeli lilin untuk penerangan di malam hari. Harganya naik menjadi 15 lira padahal biasanya hanya 4 lira,” kata dia.
Selain itu, seluruh rumah sakit ikut rusak akibat gempa. Hal ini membuat proses evakuasi korban tewas maupun luka-luka semakin terhambat. Padahal jumlah korban sangat banyak. Umi Khalid menuturkan bahwa dirinya juga mendengar ada menara salah satu masjid yang roboh dan menimpa sebuah mobil tempat satu keluarga berlindung dari gempa. Mereka pun tewas di tempat.