Sejauh ini, sebanyak 12 tim medis darurat WHO telah tiba di Turki dan 10 lainnya sedang dalam perjalanan.
“Sekarang adalah waktunya bagi komunitas internasional untuk menunjukkan kemurahan hati yang sama seperti yang ditunjukkan Turki kepada negara lain selama bertahun-tahun,” kata Kluge.
Turki, kata dia, telah menampung 4,2 juta pengungsi--populasi pengungsi terbesar di dunia.
Kluge juga berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan Turki dan Menteri Fahrettin Koca atas kepemimpinan dan koordinasinya dengan komunitas internasional selama 24 jam penuh.
Sementara itu, Perwakilan WHO di Turki Batyr Berdyklychev mengatakan bahwa kerusakan parah pada sistem air dan sanitasi menjadi perhatian, dan itu meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan wabah penyakit menular.
Kantor WHO Turki bekerja di bawah mekanisme tim negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan sejumlah kementerian Turki, termasuk kesehatan, karena bencana itu membutuhkan tanggapan yang komprehensif, termasuk penyediaan air, perlindungan, sanitasi, makanan, dan tempat tinggal, kata Berdyklychev.
Berdyklychev mengatakan bahwa orang-orang telantar yang tinggal di komunitas padat juga lebih rentan terhadap risiko wabah seperti influenza musiman dan COVID.
(Rahman Asmardika)