KAHRAMANMARAS – Warga korban gempa dahsyat Turki pada Senin, (6/2/2023) mengingat kenali duka yang mereka rasakan saat bencana itu melanda. Gempa yang mengguncang pada pagi buta di tengah amukan badai salju membuat banyak korban tak sempat menyelamatkan diri.
Di pusat perkotaan Merkez di Kahramanmaras, pemandangan kehancuran yang meluluhlantakkan kota itu masih tempak jelas. Sejumlah korban dan para penyintas masih berada di lokasi evakuasi menunggu jenazah kerabat dan orang tercinta mereka ditemukan.
BACA JUGA: WHO Serukan Bantuan Rp654,3 Miliar untuk Respon Gempa Turki dan Suriah
Mehmed, salah seorang penyintas, menceritakan bahwa gempa berkekuatan (M) 7,8 itu terjadi sekita pukul 04.00 waktu setempat saat dia, istrinya, dan anak-anaknya sedang tidur di kamar.
"Saat terjadi gempa kemarin saya tak sempat bangun. Setelah gempa selesai, saya membawa anak-anak ke luar rumah dengan kondisi malam itu sedang badai salju," kata Mehmed dikutip dari laporan langsung reporter INews, Camar Haenda di Turki, Rabu (15/2/2023).
Tak berselang lama, gempa lanjutan dengan kekuatan M 6,5 melanda. Mehmed lantas meninggalkan rumah dengan menggunakan mobil mencari tempat terdekat untuk berlindung.
Karena tidak menemukan tempat berlindung, Mehmet dan keluarganya terpaksa tidur dalam mobil di tengah suhu membeku akibat badai salju. Disebutkan bahwa suhu di Turki pada pagi nahas itu sekira -20 derajat Celcius.
"Saking melihat banyak masyarakat yg kesulitan berlindung, saya bantu 11 orang tertangga dengan berdempetan di mobil," ungkap Mehmed.
Setelah menempatkan keluarganya di tempat aman, dia langsung mencari kerabat dekatnya yang terdampak gempa. Di hari kedua pascagempa, dia melihat motor tantenya sudah tertimbun reruntuhan.
"Saya menyadari kemungkinan keluarga besar saya meninggal dunia. Ada anak-anak dua orang," lirihnya.
Mehmed dan keluarganya tinggal di mobil hingga hari ketiga pascagempa. Barulah setelah Badan Bencana Nasional Turki (AFAD) datang ke Kahramanmaras, dia sekeluarga kembali ke rumah mereka.
"Rumah kami alhamdulilah tak hancur karena hanya dua lantai. Setelah gempa tak ada satupun pasar yang buka, pihak pemerintah sangat cukup (membantu). Kami juga saling bantu," tuturnya.
Mehmed berharap, pemerintah Turki dapat mengambil pelajaran dari bencana ini dan memperhatikan izin pembangunan yang sesuai standar. Akibat bencana gempa ini, 24 orang keluarga Mehmed meninggal dunia.
"Kerugian bukan hanya untuk saya tapi untuk masyarakat Kahramanmaras," tandasnya.
Hingga hari ke-9 pencarian korban, tercatat 233.000 personel rescue relawan terjun membantu proses evakuasi. Kemudian, 12.000 alat berat dikerahkan untuk memperlancar tim rescue mencari korban di atas puing-puing pusat perbelanjaan dan perkotaan.
Hingga 15 Februari 2023 siang waktu Turki, 37.000 masyarakat meninggal dan 100.000 warga luka-luka dari luka berat sampai luka ringan.
(Rahman Asmardika)