Pria yang lahir pada 28 April 1937 menjadi presiden Irak pada 16 Juli 1979 setelah menggulingkan pemimpin sebelumnya Al-Bakr.
Saat itu Saddam memaksa al-Bakr untuk mengundurkan diri. Dalam pertemuan tersebut, daftar 68 nama dibacakan dengan lantang, dan setiap orang dalam daftar tersebut segera ditangkap dan dikeluarkan dari ruangan.
Dari 68 orang tersebut, semuanya diadili dan dinyatakan bersalah atas pengkhianatan dan 22 orang dijatuhi hukuman mati. Pada awal Agustus 1979, ratusan lawan politik Saddam telah dieksekusi.
Hingga emimpin yang bernama lengkap Saddam Hussein Abdul al-Majid al-Tikriti mendapatkan dukungan populasi minoritas Sunni Irak. Pemimpin satu ini khawatir jika jika perkembangan revolusi Islam di Iran yang mayoritas Syiah juga menyebabkan pemberontakan di Irak.
Atas hal itu, Saddam memerintahkan pasukan Irak untuk menyerang wilayah Khuzestan yang kaya minyak di Iran pada 22 September 1980. Konflik itu pun dengan cepat berkembang menjadi perang.
Delapan tahun berselang, tepatnya pada 20 Agustus 1988, kesepakatan gencatan senjata akhirnya tercapai. Seusai konflik, Saddam kemudian mencari cara untuk merevitalisasi ekonomi dan infrastruktur Irak dengan mengalihkan perhatian pada tetangga kaya Irak, Kuwait.
Menggunakan pembenaran bahwa negara itu bagian sejarah Irak, pada 2 Agustus 1990, Saddam memerintahkan invasi ke Kuwait. Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB pun segera disahkan, dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Irak dan menetapkan batas waktu untuk pasukan Irak harus meninggalkan Kuwait.