ANTANANARIVO - Pemerintah Madagaskar menangguhkan sekolah dan transportasi di jalur topan tropis Freddy, yang mendarat di tenggara pulau pada Selasa, (21/2/2023) malam, menyebabkan gelombang badai, merobek atap rumah dan menewaskan setidaknya satu orang .
Freddy sedikit melemah sebelum mendarat sekira 30 km utara kota Mananjary, sekira pukul 19:20, dengan kecepatan angin rata-rata 130 kilometer per jam, dan hembusan 180 km/jam di dekat mata, kata layanan meteorologi Madagaskar.
"Hujan deras akan berlanjut di sepanjang jalurnya. Laut tetap sangat berombak, dan risiko banjir pantai yang signifikan akan terus berlanjut dalam semalam," kata layanan itu dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir Reuters.
Hujan lebat dan gelombang setinggi lebih dari 8 meter diperkirakan terjadi di dekat zona dampak, kata Federasi Palang Merah Internasional di Twitter, mengeluarkan peringatan merah untuk daerah tersebut.
"Anginnya kencang, kencang sekali. Air laut juga naik banyak," kata Tania Rajaonarivony, warga Mananjary. "Beberapa atap terbawa hembusan angin."
Seorang pria berusia 27 tahun tenggelam di dekat pelabuhan Mahanoro, kata Kantor Risiko dan Bencana Nasional. Lebih dari 7.000 orang telah dievakuasi secara preventif dari wilayah Vatovavy, katanya.
Semua lalu lintas di jalur topan Freddy ditangguhkan semalam dari Selasa hingga Rabu, kata kementerian transportasi dan meteorologi.
Kementerian Pendidikan mengatakan telah menangguhkan kelas di setidaknya 10 wilayah.
Topan Freddy melakukan perjalanan selama 15 hari lebih dari 7.000 km dari Samudera Hindia, menurut Met Office, layanan cuaca nasional Inggris, dalam unggahan di Twitter.
Topan Freddy mendarat hampir sebulan setelah badai Cheneso menghantam Madagaskar, negara pulau berpenduduk 29 juta jiwa itu, menewaskan 33 orang dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
Madagaskar dilanda rata-rata 1,5 topan setiap tahun, tertinggi di Afrika, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA).
Setelah melintasi Madagaskar, Freddy dapat muncul di Selat Mozambik dan menguat lagi, sebelum melakukan pendaratan di Mozambik dan berpotensi pindah ke Zimbabwe, yang memengaruhi total lebih dari 3,3 juta, kata UNOCHA, mengutip penilaian Program Pangan Dunia.
Topan melewati 120 km barat laut Mauritius pada Senin, (20/2/2023) sore, memaksa 500 orang mengungsi, sementara kabel listrik yang rusak menyebabkan 500 keluarga lainnya tanpa listrik, lapor penyiar nasional.
Penerbangan yang telah dihentikan pada Minggu, (19/2/2023) malam telah dilanjutkan pada Selasa, (21/2/2023) pagi, menurut operator bandara Mauritius.
(Rahman Asmardika)