Untuk itu, upaya pengurangan dan pengelolaan sampah secara tuntas harus dilakukan agar tak berakhir di TPA atau terbawa arus ke pantai dan lautan, di antaranya dengan pilah sampah dari rumah, mengkompos, budidaya magot, membuat eco enzyme, lubang biopori dan setor sampah.
“Tuntas kelola sampah dari sumber harus didahulukan bukan hanya melepas tanggung jawab pada petugas kebersihan atau bank sampah semata,” ucap Iswar. Sebagai solusi dan fasilitasi, lanjutnya, Pemkot melalui DLH Kota Semarang melaunching program Ice Uwuh (Implementation Circular Economy Upstream Waste Urban H/ Semarang).
Program Ice Uwuh ini memberikan insentif pengelolaan sampah hulu perkotaan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kebersihan, bank sampah dan program kampung iklim (Proklim), seperti menyediakan harga pasar botol plastik hingga Rp5.000/kg, budidaya magot sebesar Rp70 ribu/kg, ekoenzim 10rb/liter dan kompos akan dibeli sebesar Rp2.500/kg.
Masyarakat dapat menyetorkan hasil pengelolaan sampahnya pada 254 kelompok swadaya masyarakat (KSM), 74 kelompok program kampung iklim (proklim) dan 525 unit bank sampah yang sudah terbentuk.
Tercatat, dari bersih pantai kemarin terkumpul total 93,35 kg yang terdiri dari 10,61 kg botol plastik, 63,86 kg plastik putih, 10,84 marga dan 7,84 kemasan. Total sampah yang terkumpul kemudian dikonversikan menjadi rupiah sebesar 93.735 rupiah.