Polisi setempat mengandalkan rekaman CCTV perusahaan, beberapa di antaranya ditemukan hilang. Mereka percaya hilangnya barang bukti itu adalah "pekerjaan orang dalam", tetapi sejauh ini tidak ada karyawan yang mengaku.
OAP telah mengenakan dakwaan "kegagalan untuk segera melaporkan (kehilangan)" pada penanggung jawab pabrik, yang menghadapi ancaman denda 100.000 Baht (Rp44,3 juta) dan satu tahun penjara.
Ini bukan pertama kalinya Sesium-137 yang hilang memicu perburuan besar-besaran.
Januari lalu, pihak berwenang di Australia Barat memanggil para ahli dari seluruh negeri untuk menemukan kapsul radioaktif Sesium-137 seukuran kacang polong yang diyakini telah jatuh dari alat ukur radiasi yang sedang diangkut dalam perjalanan sejauh 1.400 km dari lokasi tambang Rio Tinto ke sebuah fasilitas penyimpanan di pinggiran timur laut Perth
Tim pencari menggunakan alat ukur survei radiasi portabel, biasanya digunakan di bandara, yang digabungkan dengan peralatan deteksi radiasi khusus dan dipasang pada kendaraan untuk mencari kapsul radioaktif itu.
Setelah lima hari pencarian di jalanan sepanjang lebih dari 660 km, kapsul kecil berukuran 8 mm kali 6 mm itu ditemukan hanya dua meter dari pinggir jalan raya.
Pihak berwenang mengatakan pada saat itu bahwa kru pencari telah "secara harfiah menemukan jarum di tumpukan jerami".
Apa yang terjadi di Australia mungkin dianggap sebagai keberuntungan besar; insiden serupa di Brasil sayangnya tidak berakhir demikian.
Pada September 1987, empat orang meninggal dan ratusan lainnya terkontaminasi oleh zat radioaktif.