Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Tombak Pusaka Kiai Plered Tewaskan Raja Jipang Arya Penangsang

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 08 April 2023 |09:22 WIB
Kisah Tombak Pusaka Kiai Plered Tewaskan Raja Jipang Arya Penangsang
Ilustrasi @rumah_keris
A
A
A

JAKARTA - Tombak keramat Kiai Plered menewaskan Arya Penangsang penguasa Jipang. Serangan itu dilakukan oleh empat orang tokoh gabungan dari Kerajaan Pajang ke Jipang.

Saat itu, Raja Pajang adalah Sultan Adiwijaya atau Jaka Tingkir telah mengumumkan akan menghadiahi tanah Pati dan Mataram bagi siapa pun yang bisa mengalahkan Arya Penangsang.

Genderang perang pun ditabuh oleh Kerajaan Pajang. Di rumah Ki Gede Pamanahan berkumpul empat tokoh Mataram sedang membicarakan ajakan perang itu. Nasehat Ki Juru Martani mengemukakan skema cerdik untuk menghabisi lawannya itu.

Babad Tanah Djawi pada "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", mengisahkan bagaimana strategi khusus dari Ki Juru Martani. Dimana Ki Gede Pamanahan dan Ki Panjawi maju menawarkan diri. Tanpa bantuan orang lain kecuali keluarganya sendiri, Kiai Gede Pamanahan berjanji akan melakukan perlawanan.

Setelah itu pasukan mereka berbaris menuju Caket, dengan kekuatan 200 orang. Di sana mereka menangkap perumput dari istana Panangsang yang sedang mencari rumput untuk kuda Gagak Rimang. Dengan imbalan 15 rial satu telinga perumput itu diiris, sedangkan pada sebelah lainnya diikatkan surat tantangan yang bernada ejekan.

Dalam keadaan demikianlah perumput yang malang itu kembali ke istana. Patih Kerajaan Jipang, Ki Mataun, sangat terkejut melihat perumput itu, dan dengan sia- sia mencoba meredakan ledakan kemarahan gustinya dalam hal ini Arya Penangsang.

Kedatangan perumput yang teraniaya, beserta surat penghinaan itu memang benar-benar membuat marah Arya Penangsang yang baru saja duduk di meja makan, langsung mengepalkan tangannya memukul piringnya sampai pecah.

Kakaknya bernama Aria Mataram, berusaha meredakannya. Tetapi, Penangsang sudah lari menghilang di atas kudanya, sambil melecutnya sekeras-kerasnya. Sementara itu, Ki Mataun yang sakit asma mengikutinya dengan napas terengah-engah dan tidak dapat menyusulnya.

Setelah menyerukan kata-kata ejekan dan tantangan, Raja Jipang pun menyeberangi kali. Kemudian datanglah kutukan, karenanya barang siapa yang menyeberangi kali, akan kalah perang. Setelah itu terjadilah pertempuran sengit. Sekalipun perutnya terluka parah, Arya Penangsang menantang Karebet.

Selanjutnya, putra Kiai Gede Pamanahan, Sutawijaya, kembali bertempur dengan bersenjatakan tombak Kiai Plered, sedangkan kedua kakaknya melindunginya. Kiai Juru Martani dengan cerdiknya melepaskan seekor kuda betina, sehingga kuda jantan Aria Penangsang menjadi liar.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement