Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menguak Asal Usul Malang, dari Sebuah Desa Kuno di Abad 12

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 25 April 2023 |08:01 WIB
 Menguak Asal Usul Malang, dari Sebuah Desa Kuno di Abad 12
Balai Kota Malang (foto: MNC Portal/Avirista)
A
A
A

MALANG merupakan suatu nama daerah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Lokasinya menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi masyarakat di Indonesia. Dimana secara administrasi wilayah Malang terbagi menjadi dua yakni Kabupaten Malang dan Kota Malang. Tetapi mengenai asal usul kata Malang sendiri ternyata memiliki sejarah panjang.

Sejarawan Universitas Malang (UM) Dwi Cahyono menyatakan, nama Malang berasal dari sebuah nama desa kuno yang berada di timur Gunung Kawi. Nama desa bernama Malang ini terukir dalam sebuah prasasti yang dinamakan Prasasti Ukirnegara yang berangka tahun 1120 Saka atau 1198 Masehi. Pada prasasti tembaga Ukirnegara yang ditemukan di perkebunan Bantaran di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar bertuliskan “taning sakrid Malang-akalihan, wacid lawan macu pasabhanira, dyah Limpa Makanagran I...”, atau dapat diartikan sebagai di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang, bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu..”

“Itu paling tidak abad ke-12 akhir, ada daerah tempat yang namanya Malang, tempatnya di sebelah timur Gunung Kawi, jadi bukan dari nama Malang kucecwara, itu beda konteks lagi karena itu nama bangunan suci,” ucap Dwi Cahyono.

Nama Dyah Limpa sendiri disebut Dwi muncul karena memang tertulis di prasasti itu. Lantas siapa sosok Dyah Limpa yang disebut pada prasasti yang menjadi cikal bakal desa kuno Malang, arkeolog UM ini hanya menyatakan sosoknya bertempat tinggal di Gasek, yang sekarang masuk wilayah dari Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

“Tempat itu berada di wilayah Watak, Pamoto, di wilayah Keposekan Diah Limpa. Jadi jadi jelas Diah Limpa tinggalnya dimana, tinggalnya di Gasek, Gasek itu karang Besuki, berarti Malang dengan Gasek itu tidak terlalu jauh,” ungkapnya.

Menurutnya, saat itu Kota Malang saat ini masih hutan belantara, sedangkan desa kuno itu sudah ada terlebih dahulu. Dimana hutan belantara itu tempat perburuan binatang dan banyak binatang buasnya.

“Tengah kota Malang (Kota Malang saat ini) ini kan hutan, (kawasan) Kayutangan itu hutan Patangtangan, jadi tempat yang banyak binatang buasnya, di tempat yang sekarang ini ya pusat Kota Malang ini hutan yang banyak binatang buruannya,” ujarnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement