Gibran geram dengan aksi tersebut. Pasalnya banyak aktivitas alat-alat berat di lokasi proyek Viaduk Gilingan sehingga membahayakan bagi masyarakat yang lewat.
"Nek pengin kenek bego (elskavator) lewato yo rak popo. Ojo aneh-aneh itu lagi ada proses kontruksi banyak alat berat. Fungsi ditutup itu ada maksudnya jangan dibuka," tuturnya.
Selain itu alasan aksinya meninggal mobil dinas juga didasari adanya kawasan parkir yang dibuka warga sekitar untuk para wisatawan yang hendak berkunjung ke Masjid Raya Seikh Zayed.
Menurutnya, pembukaan lokasi parkir di kawasan tersebut salah. Apalagi ketika para pengunjung ini diarahkan untuk melewati rel aktif.
"Pengunjung itu tidak tahu apa-apa. Mereka niatnya sholat, ibadah. Mereka tidak tahu lewat mana. Kalau diarahkan ke situ, kesenggol bego (eskavator) masuk rumah sakit," ucap Gibran.
Gibran menegaskan, masalah yang terjadi sudah selesai. Proyek pembangunan Viaduk Gilingan ditargetkan selesai pada Mei 2023.
"Saya tahu dampaknya luar biasa. Jalannya ditutup, akses tertutup, harus memutar. Tapi nanti kalau sudah jadi bisa kita nikmati," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, aksi Gibran meninggalkan mobil dinasnya ini bukan aksi pertama. Gibran pertama kali memarkirkan dan meninggalkan mobil dinasnya di Kelurahan Gajahan, pada April 2021. Saat itu ada kasus pungli yang dilakukan Lurah Gajahan.
Gibran melakukan aksi serupa saat terjadi dugaan perusakan makam oleh anak-anak siswa rumah belajar di Mojo, Pasar Kliwon, Solo pada 21 Juni 2021.
Saat mengetahui rencana SMK Batik 2 Solo untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM), sedangkan Kota Solo masih menjalankan PPKM Level 4 pada Agustus 2021, Gibran melakukan aksi yang sama.
Gibran juga melakukan aksi itu saat mendapati adanya pelanggaran pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Nusukan Barat, Banjarsari pada November 2021. Hal tersebut lantaran adanya guru yang tidak mengenakan masker ketika mengajar.
(Erha Aprili Ramadhoni)