JAKARTA - Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), M. Din Syamsuddin menanggapi aksi penembakan yang terjadi di kantor pusat MUI pada Selasa 2 Mei 2023. Aksi penembakan tersebut membuat Din Syamsuddin teringat peristiwa di tahun 1965 silam.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjelaskan pada tahun 1965, sering terjadi pemberian ancaman dan penyerangan terhadap Ulama dan Zuama (aktivis organisasi dakwah). Untuk itu, Din menilai aksi teror kemarin mengembalikan situasi hidup pada tahun-tahun bahaya.
"Kejadian-kejadian seperti itu mengingatkan kita di seputar Tahun 1965 dulu, kala sering terjadi pengerusakan masjid dan mushalla, serta penyerangan terhadap ulama dan zuama. Seperti masa itu, kita pun sekarang merasa living years dangerously," ujar Din dalam keterangannya, Rabu (3/5/2023).
Din menuturkan, Polri saat ini diperlukan untuk bersikap tegas agar mengungkap motif dari insiden teror tersebut.
"Kepada Polri, harus mampu menangkap pelakunya dan mengungkap siapa dalang yang bermain di balik layar. Sayang pelakunya tidak dapat diinterogasi karena meninggal atau dianggap gila. Kok orang-orang gila bisa beramai-ramai merusak tempat ibadat ya?," terang Din.
Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga memandang tindakan brutal pelaku yang mengaku sebagai Nabi dari Lampung itu mudah dipahami sebagai bermotif kebencian terhadap MUI atau Islam. Oleh karenanya, Din menduga pelakunya terpapar Islamofobia.
"Namun, tindakan berupa penyerangan atau perusakan terhadap masjid/mushalla atau tokoh Islam seperti yang terjadi di beberapa tempat terakhir ini dapat dipersepsikan sebagai tindakan sistematis dan tendensius," tegas Din.