ANKARA – Turki menolak usul Amerika Serikat (AS) agar Ankara mengirim sistem pertahanan rudal S-400 yang dibelinya dari Rusia ke Ukraina.
"AS meminta kami untuk mengirim S-400 ke Ukraina, dan kami mengatakan tidak," terang Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, dikutip Anadolu Agency.
Dia menjelaskan bahwa proposal ini tidak dapat diterima karena mereka berusaha melanggar kedaulatan Turki.
Seperti diketahui, pembelian S-400 Rusia oleh Turki telah menjadi titik pertikaian dengan AS dan NATO selama bertahun-tahun, karena mereka khawatir ini akan membahayakan keamanan dan interoperabilitas operasi militer NATO. AS dan NATO telah memperingatkan Turki bahwa sistem S-400 tidak kompatibel dengan sistem pertahanan NATO dan dapat mengungkap informasi sensitif ke Rusia.
Akibat penolakan Turki untuk mundur dari kesepakatan tersebut, AS telah mengambil beberapa tindakan hukuman, termasuk menangguhkan Turki dari program jet tempur F-35 pada 2019 dan menjatuhkan sanksi kepada pejabat dan entitas Turki yang terlibat dalam pembelian S- 400.
Sengketa yang sedang berlangsung telah membuat tegang hubungan antara Turki dan sekutu NATO serta menimbulkan pertanyaan tentang keselarasan strategis Turki di kawasan itu.
Pejabat Turki telah berulang kali mengatakan bahwa negara membeli S-400 sebagai masalah keamanan nasional dan tidak ada negara lain yang berhak mengganggu hal ini. Pada 2017, ketika upayanya yang berlarut-larut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS terbukti sia-sia, Türkiye menandatangani kontrak dengan Rusia untuk memperoleh sistem S-400 yang canggih.
Para pejabat AS menyatakan menentang penempatan senjata berat itu, mengklaim S-400 tidak akan kompatibel dengan sistem NATO.
Namun Turkiey menekankan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi atau persenjataannya. Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi untuk mengklarifikasi masalah tersebut.
Ditanya tentang kembali ke program F-35, Cavusoglu mengatakan Ankara tidak ingin kembali ke program tersebut tetapi ingin kembali dari Washington uang yang dibayarkan untuk jet tempur sebelum keluar dari program, sementara jetnya tidak pernah dikirimkan.
“Ankara sekarang memproduksi pesawat tempur nasional kami sendiri," jelasnya, menambahkan bahwa Türkiye juga ingin meningkatkan hubungan dengan AS dan mekanisme yang diperlukan telah ditetapkan untuk tujuan ini.
Tetapi Türkiye juga ingin membeli jet F-16 dan peralatan modernisasi dari AS, tambahnya, menyebutkan bagaimana permintaan tersebut tidak bergerak secepat yang seharusnya melalui Washington.
Ankara meminta F-16 dan kit modernisasi dari AS pada Oktober 2021. Kesepakatan senilai USD6 miliar itu akan mencakup 40 jet dan kit modernisasi untuk 79 pesawat tempur yang sudah dimiliki Angkatan Udara Turki dalam inventarisnya.
(Susi Susanti)