Usai shalat Subuh, kemengertian saya akan niat Anies itu segera berubah menjadi keinginan untuk mendukungnya dengan daria. Semalam saya sempat merenungkan kata-kata filsuf terkemuka Aristoteles. “Hidup yang tak ditafakuri,” kata murid Plato itu,” adalah kehidupan yang tak layak dijalani.” Benar adanya.
Mungkin saja, Anies merasa puasa dan atmosfernya menjadi waktu yang tepat untuk merenung. Untuk bertafakur. Laku yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Sabda Rasulullah SAW tentang tafakur itu dijelaskan dalam kitab “Rahasia Sufi”, terjemahan Indonesia dari kitab “Siral-asrar Maa Yahtaj Ma’al Abrar” karangan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Inti hadits tersebut berbunyi:
“Tafakur sesaat itu lebih baik dari satu tahun ibadah”, kemudian beliau bersabda lagi, “Tafakur sesaat itu lebih baik dari 70 tahun ibadah”, dan beliau bersabda lagi, ”Tafakur sesaat itu lebih baik dari seribu tahun ibadah”.”
Barangkali Anies ingin mencari keheningan (kesunyatan—Jawa), agar ia bisa mengerti, dan dengan pasti meraih dan menggenggam semangat zaman atau Zeitgeist generasinya sendiri. Semua itu bisa jadi ia yakini akan lebih mulus manakala dilakukan di bulan Puasa, dengan menutup sebanyak mungkin peluang yang akan mengendalanya. Wartawan dan publisitas tadi.
Mungkin pula Anies ingin memulai langkah dengan merenung dan mengerti dirinya sendiri, serta perannya dalam semesta dan kehidupan. Dan bukan hanya Socrates yang bilang,”Gnothi seauton, kenalilah dirimu sendiri.” Nabi Muhammad bahkan menegaskan bahwa pengenalan diri itu merupakan langkah awal untuk mengenali Tuhan. “Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya,” sabda Nabi SAW dalam hadits beliau.
Namun, apa pun niat awal Anies untuk melakukan refleksi, saya kemudian sadar, itulah yang terbaik harus ia lakukan di perjalanan yang masih tergolong awal ini. Kini bahkan saya bangga memberikan dukungan kepada seseorang yang tak pernah henti mempertanyakan (posisi) dirinya sendiri; tak pernah berhenti untuk merenungi langkah, tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang masih harus dijalani ke depan.