Komposisi serdadu dari Nusantara yang terbesar, kata mantan Atase Militer Kedutaan Besar Prancis di Jakarta itu, adalah orang-orang Jawa mencapai 45 persen.
Prajurit KNIL yang berasal dari jawa tidak memakai sepatu hingga 1905. Mereka tergabung dalam kompi yang bertugas untuk menenangkan dan menetralisir situasi pasca pertempuran.
Mereka juga memiliki keunikan dari kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan yakni minum jamu. Ada juga etnis Minahasa sebanyak 15 persen, Ambon Lease, yang mencakup Pulau Nusa Laut, Haruku, Saparua, dan wilayah Maluku Selatan (12 persen), kelompok Sunda (5 persen), dan kelompok Timor 4 persen.
KNIL masih memiliki satuan tempur dari legiun Mangkunegoro di Surakarta dan kompi legiun Paku Alam di Yogyakarta saat Perang Pasifik pada 1941.
Putra Nusantara yang menjadi perwira KNIL berasal dari keluarga terpandang. Pendidikannya juga cukup baik pada zaman kolonial.
Meskipun gaji perwira KNIL dari pribumi dan Belanda sama, namun jenjang karier untuk pribumi terbatas. Pangkat tertinggi perwira KNIL dari golongan pribumi hanya sampai pangkat Letnan Kolonel.
Beberapa perwira KNIL yang terkenal di antaranya, Soeharto, AH Nasution, TB Sumatupang, Alex Evert Kawilarang, dan Urip Sumoharjo.