Dalam buku berjudul "KNIL Perang Kolonial di Nusantara Dalam Catatan Prancis" tulisan Jean Rocher-Iwan Santosa dikisahkan diceritakan perjalanan sejarah operasi militer Belanda di Nusantara pada tahun 1830 hingga Indonesia merdeka.
Para prajurit bumiputra di KNIL menjadi bagian penting dari konsolidasi wilayah Nusantara sesudah era Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit.
Setiap kapal Belanda yang berlayar ke lautan wilayah penjajahan dari Afrika sampai Jepang dibekali dengan tentara untik mengantisipasi munculnya serangan dari pembajak laut.
Petrik Matanasi dalam buku " Pribumi Jadi Letnan KNIL, " menveritakan kekuatan pasukan KNIL sekitar 5.000-6.000 orang. Satuan ini terdiri atas Korporaalschappen dengan 12 orang prajurit dipimpin oleh seorang kopral.
Sergeantschappen terdiri dari 2 Korporaalschappen. Dua sampai lima Sergeantschappen bisa menjadi sebuah barisan sendiri dengan pimpinan seorang letnan dua.
Sejarawan Belanda G.G de Jong yang ditulis Ong Hok Ham dalam Wahyu yang Hilang Negeri yang Guncang (2018) mengatakan, KNIL hanya merupakan suatu kekuatan kepolisian yang agak ditingkatkan. Bukan kekuatan militer untuk menghadapi suatu perang internasional dan modern.
Buku lain yang mengulas tentsng KNIL adalah "Dunia Kompeni: Antara Kami, KNIL, dan Indonesia". KNIL dikenal sebagai militer yang kerjanya menumpas pemberontakan orang-orang Indonesia.