Syarat ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena di zaman itu wanita yang harus pergi ke kota calon suaminya untuk menikah. Setelah menikah, keduanya tinggal di kotanya masing-masing. Tentu saja, pernikahan ini jelas murni untuk tujuan politik.
Pada 1542, Maroko berperang dengan Portugal. Situasi negara pun mulai kacau. Ahmed Al Hassan Al Mandari, menantu Sayyida Al Hurra sekaligus kerabat suami pertamanya, tiba-tiba membentuk aliansi dengan musuh-musuh Ahmed Al Wattasi. Mereka kemudian berhasil menggulingkan pasukannya.
Sejak saat itulah Sayyida Al Hurra menghilang dari sejarah. Namun menurut cerita yang beredar, dia kembali ke Chefchaouen dan meninggal di sana 20 tahun kemudian.
(Rahman Asmardika)