Peserta, kata Hatta, mendapatkan pelatihan mengenai pendidikan kewirausahaan, secara teori dan praktik membuat kopi yang benar. Selain pelatihan pembuatan kopi, ada juga penyandang disabilitas yang dilatih mendesain produk, mendesain produk fesyen, membatik, dan berbagai ketrampilan yang lain.
“Sebagian peserta pelatihan membuat kopi itu, beberapa sudah sampai memiliki coffee shop. Jadi di sini, kami memberikan pelatihan untuk meningkatkan skill mereka,” katanya.
Tak hanya mendapatkan pelatihan gratis, peserta juga mendapatkan uang saku selama menjalani pelatihan. Tujuannya, agar peserta lebih bersemangat menyerap skill yang diberikan.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuturkan pelatihan dan pendampingan merupakan langkah awal bagi penyandang disabilitas untuk terus berkarya lewat produk bernilai jual. Dengan pelatihan dan pendampingan, diharapkan produk yang dihasilkan berkualitas dan sesuai kebutuhan pasar.
Ganjar berharap, Dinas Koperasi UMKM tak hanya sekadar memberi pelatihan dan uang saku, tetapi juga menerima kritik-saran dari penyandang disabilitas. Masukan dari para penyandang disabilitas itu menurut Ganjar sangat penting supaya program pelatihan dan pendampingan sesuai dengan skill yang dibutuhkan.
“Balatkop ini kemudian jadi tempat yang cukup bagus, maka kalau kemudian Balatkop tadi akan membuat program, harapan kita mengacu pada usulan komunitas-komunitas (penyandang disabilitas) itu,” pungkas Ganjar.