Al-Anwar 3 khusus untuk Sekolah Tinggi STAI yang diasuh oleh KH Abdul Ghofur sebagai rektornya. Al-Anwar 4 itu untuk SMK Al-Anwar yang diasuh oleh KH Taj Yasin, Wakil Gubernur Jawa Tengah berdiri pada 2016.
Di Pesantren Al-Anwar juga terdapat pendidikan Ma'had Aly. Semacam program pendidikan khusus salaf yang disetarakan S1. Program tersebut berjalan sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang.
Saat ini, ada sekitar 10 ribu santriwan-santriwati yang masih mondok di empat Pondok Pesantren. Sepeninggal Mbah Moen para santri diasuh oleh putra-putra Mbah Moen, sedangkan santri putri diasuh oleh Ibu Nyai Hj Heni Maryam, dan dibantu menantu-menantunya.
Kedelapan putra Mbah Moen semuanya diminta menetap di Sarang Rembang, untuk meneruskan mengelola pondok yang terus mengalami kemajuan. Kecuali kedua putrinya. Ibu Nyai Hj Shobihah (Neng Shobihah) di Cirebon menikah dengan KH Musthofa Aqil Siroj adik dari Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH Said Aqil Siroj, sedangkan Neng Diyah menjadi istri dari KH Zairul Anam (Gus Anam) Banyumas, Jawa Tengah.
Perjalanan hidup Mbah Moen ini disarikan dari cerita KH Zainul Umam (Gus Umam). Gus Umam termasuk orang dekat keluarga KH Maimoen Zubair. Dia juga pernah mondok selama 9 tahun di Ponpes Al-Anwar dan menjadi santri Mbah Moen sejak tahun 1997 – 2006.
Gus Umam adalah orang yang sering mendampingi Mbah Moen ketika bepergian. Terakhir, ia mendampingi Mbah Moen ke Bandara Soekarno Hatta saat pergi ke Tanah Suci untuk berhaji sebelum wafat.
Pemakaman Mbah Moen di Makkah juga menyisakan cerita. Jasadnya utuh setelah empat tahun dikubur. Hal tersebut diketahui saat Pemerintah Kerajaan Arab Saudi beberapa waktu lalu membongkar makam Mbah Moen bersama sejumlah makam yang lainnya di Ma’la Makkah.
(Arief Setyadi )