Sementara keluarga mengaku selain difitnah berbuat inses, MA pun disebut sebagai seorang pemabuk pecandu lem.
"Dugaan dari IPWL solid Agam katanya si MA ini pecandu lem. Kalau dari hasil waktu masuk ke sana dia kan sempat tes urin, tapi dari hasil tes urinenya kata adik yang mengantar negatif baik narkoba atau yang lain, tapi dia bilang dugaan karena kecanduan lem," ujar Zul Helmi, kakak tertua MA.
"Menurut sepengetahuan yang kami lihat baik di rumah ataupun di sekitar tidak ada tanda-tanda kalau dia pecandu lem. Misalnya bekas-bekas lem, atau ada kotak lem, kaleng lem, bau-bau lem pun tidak ada," imbuhnya.
Menurut keluarga, MA bukan pemabuk melainkan depresi akibat ditinggal orang-orang dekat tersayangnya.
"Dia lebih kepada depresi. Karena pengakuan dari MA dulu waktu dia kelas 2 MAN, wali kelasnya meninggal, wali kelas itu dekat dengan dia, lalu putus sekolah nggak nyambung sekolah, putus sekolah jadi lebih banyak di rumah sendiri. Untuk hiburan kadang main PS," kata kakak MA, Fil Akhir.
"Neneknya juga meninggal lepas dia sekolah itu, jadi orang-orang yang dekat sama dia itu banyak yang sudah meninggal. Kemudian, dia mencoba berdagang atau kerja tapi yang namanya awal-awal usaha banyak gagal itu dia yang sering depresi dan menyendiri merasa gagal," imbuhnya.
Keluarga korban fitnah sang Wali Kota Bukittinggi kini bernasib memprihatinkan. Pernyataan wali kota membuat keluarga korban disisihkan tetangga dan ditinggal pelanggan pijat.
Keluarga korban berharap, Wali Kota atau Pemerintah Bukittinggi bertanggung jawab dan dapat meluruskan permasalahan yang sebenarnya.
(Arief Setyadi )