“Pengalaman, emosi, rasa syukur, atau duka bersama pada kesempatan ini tentu berkontribusi untuk mengkonsolidasikan komunitas, dalam memadatkan ingatan kolektif yang mendasar pada saat-saat kehilangan seperti itu,” tulis para penulis.
Desain keseluruhan kalung itu mungkin menunjukkan kelimpahan, keragaman, dan eksklusivitas, di antara pesan-pesan lain yang mungkin tetap terkunci di masa lalu. Mungkin juga kalung itu dimaksudkan untuk memberi anak itu kekayaan di akhirat.
“Jumlah yang besar, organisasi kompleks, simetri, harmoni, keindahan objek, permainan cahaya dan warna sebenarnya mengingatkan pada ornamen halus dari masyarakat perkotaan Mesopotamia dan Mesir yang terakhir,” terang penulis.
Ornamen indah lainnya telah ditemukan di kuburan anak-anak di Ba'ja, dan Alarashi sedang melakukan penelitian untuk menentukan signifikansi budayanya.
“Tidak ada konteks yang lebih baik daripada penguburan untuk menceritakan kepada kita kisah masyarakat yang belum melek huruf ini,” terangnya.
“Ornamen tubuh adalah alat komunikasi yang ampuh. Mereka menyampaikan informasi tentang individu yang menampilkannya, tetapi juga tentang mereka yang membuatnya,” lanjutnya.
(Susi Susanti)