Bagian jari telunjuk pada patung Bung Karno itu, lanjutnya, sekaligus merupakan tantangan kepada seluruh masyarakat di negara ini untuk mengambil bagian dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan menjadikan persatuan Indonesia sebagai tujuan semata-mata berkehidupan sebagai bangsa Indonesia.
Adapun bagian tangan kiri patung Bung Karno yang membawa buku-buku menunjukkan kecintaannya pada literasi dan ilmu, serta bagaimana literasi dan ilmu merupakan modal dalam menjaga bangsa.
“Ini mengandung makna bahwa Bung Karno yang selalu haus akan ilmu selalu memperbaharui dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang membuatnya tahu konsep apa yang terbaik bagi bangsa ini. Perbaharuan diri yang terus menerus juga membuatnya peka akan kebutuhan bangsa ini, khususnya mereka yang lemah dan terpinggirkan,” tuturnya.
“Diharapkan filosofi pendirian Patung Proklamator di desa yang relatif sepi dan terpencil ini, juga sebagai tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat terus berbagi dan membangun negeri, sehingga tidak ada lagi mereka yang teracuhkan oleh peradaban, dan terabaikan pembangunan.”
Patung Bung Karno di Yogyakarta. (Foto: dok BPIP)
Masih menurut Romo Sindhunata, di antara patung Bung Karno disebarkan batu-batu yang berasal dari Gunung Merapi bertuliskan Pancasila, dengan harapan Pancasila akan selalu kokoh dan abadi seperti merapi dalam menjadi falsafah hidup bangsa.
Patung Bung Karno didirikan di atas batu besar yang diambil dari aliran lahar Gunung Merapi yang terdapat di Kali Boyong. Batu raksasa tersebut diambil lalu dibawa ke Rumah Budaya Oemah Petroek dengan susah payah, namun semua itu terbayar dengan berdirinya patung megah Proklamator Indonesia Bung Karno.
“Hal ini membuktikan bahwa hanya dengan persatuan kesatuan dan perjuangan bersama melalui Pancasila lah kita dapat meraih tujuan bangsa dan negara,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden kelima Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Megawati Soekarnoputri menyatakan, Pancasila bukan sekedar falsafah hidup, dasar negara atau ideologi, Pancasila adalah rasa, rasa asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Rasa yang terejawantahkan dalam segala aspek hidup, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.