NIGER - Para pemimpin kudeta di Niger memberi waktu 48 jam kepada duta besar Prancis untuk meninggalkan negara itu karena hubungan bilateral yang terus memburuk dengan cepat.
Junta mengatakan Sylvain Itte menolak menanggapi undangan bertemu dengan menteri luar negeri Niger.
Prancis, yang merupakan bekas negara kolonial, mengatakan “para pemberontak tidak mempunyai wewenang” untuk memerintahkan pengusiran tersebut.
Paris menentang kudeta pada Juli lalu dengan mengatakan bahwa Presiden terguling Mohammed Bazoum harus dikembalikan ke jabatannya.
Pengumuman pada Jumat (25/8/2023) itu dibuat oleh menteri luar negeri Niger yang dilantik oleh junta.
Hal ini menyusul serangkaian pernyataan dan demonstrasi yang memusuhi Prancis.
Kementerian luar negeri Prancis menanggapinya dengan mengatakan bahwa pihaknya telah "mencatat para pelaku kudeta".