MAROKO - Tekanan dan kemarahan meningkat pada pemerintah Maroko untuk menerima bantuan yang ditawarkan oleh beberapa negara usai gempa dahsyat melanda.
Amerika Serikat (AS), Tunisia, Turki, Taiwan dan Perancis – bekas negara kolonial Maroko – adalah beberapa negara yang telah menawarkan dukungan.
Negara tetangganya, Aljazair, yang memiliki sejarah panjang hubungan buruk dengan Maroko, telah menawarkan pekerja penyelamat khusus, personel medis, dan anjing pelacak, serta tempat tidur, tenda, dan selimut.
Namun pemerintah Maroko mengatakan mereka tidak ingin mengambil risiko situasi kacau ketika puluhan negara dan organisasi bantuan datang untuk membantu.
“Kurangnya koordinasi dalam kasus seperti ini akan menjadi kontraproduktif,” kata pihak berwenang, dikutip BBC.
Dr Clare McCaughey, seorang dokter umum yang tinggal di Marrakesh, mengatakan kepada BBC bahwa klinik swasta seperti miliknya tidak akan ragu untuk "memberikan perawatan kepada korban gempa secara gratis".
“Warga Maroko melakukan hal terbaik yang bisa dilakukan warga Maroko,” katanya, seraya menambahkan bahwa “luar biasa” melihat banyaknya dukungan dari masyarakat.
“Ada truk-truk besar yang pergi ke pegunungan, tapi juga ada orang-orang [yang membawa mobil mereka] ke supermarket dan membawanya ke atas bukit untuk menemui orang-orang,” tambahnya.
Seperti diketahui, gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang pegunungan High Atlas di selatan Marrakesh, dan menghancurkan banyak desa di pedesaan dan terpencil.
Tim penyelamat di Maroko menggunakan tangan kosong saat upaya pencarian korban selamat dari gempa dahsyat terus berlanjut.
Sebanyak 2.681 orang diketahui tewas dalam gempa tersebut – yang paling mematikan di negara ini dalam 60 tahun terakhir.
Pemerintah Maroko berada di bawah tekanan untuk menerima lebih banyak bantuan internasional. Sedangkan tim penyelamat berjuang mati-matian.
Sejauh ini, mereka hanya menerima bantuan dari empat negara. Yakni Spanyol, Inggris, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).
(Susi Susanti)