Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Beri Peringatan Keras di KTT Krisis Iklim, Sekjen PBB: Umat Manusia Telah Membuka Gerbang Menuju Neraka

Susi Susanti , Jurnalis-Kamis, 21 September 2023 |10:11 WIB
Beri Peringatan Keras di KTT Krisis Iklim, Sekjen PBB: Umat Manusia Telah Membuka Gerbang Menuju Neraka
Sekjen PBB Antonio Guterres beri peringatan keras soal perubahan iklim (Foto: AFP)
A
A
A

NEW YORK - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) António Guterres mengeluarkan peringatan keras ketika ia mengumpulkan para pemimpin dunia untuk menghadiri pertemuan puncak tingkat tinggi mengenai krisis iklim.

Peringatakan itu berbunyi: “Umat manusia telah membuka gerbang menuju neraka.”

“Panas yang luar biasa mempunyai dampak yang sangat buruk. Para petani yang kebingungan menyaksikan tanaman mereka terbawa banjir. Suhu yang sangat panas menimbulkan penyakit,” katanya dalam pidato pembukaan KTT Ambisi Iklim, yang diselenggarakan bersamaan dengan Majelis Umum PBB di New York, dikutip CNN.

“Tindakan terhadap perubahan iklim tidak seberapa jika dibandingkan dengan besarnya tantangan yang ada,” tambahnya, seraya memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan, kita sedang menuju “dunia yang berbahaya dan tidak stabil.”

Guterres mengatakan tujuan dari KTT ini adalah untuk meningkatkan ambisi aksi iklim.

Dalam pidatonya pada Rabu (20/9/2023), Guterres menyerukan negara-negara maju untuk mencapai emisi net-zero – menghilangkan polusi yang menyebabkan pemanasan global sebanyak yang mereka hasilkan – pada 2040, setidaknya sepuluh tahun lebih awal dari sebagian besar komitmen yang ada saat ini.

Ia juga meminta negara-negara untuk berkomitmen pada tenggat waktu untuk menghapuskan emisi bahan bakar fosil secara bertahap, serta meningkatkan pendanaan secara signifikan untuk membantu negara-negara berpendapatan rendah dan menengah untuk segera beralih ke energi ramah lingkungan dan berinvestasi dalam langkah-langkah ketahanan iklim agar lebih baik dalam menghadapi cuaca ekstrem yang semakin parah.

“Kita tertinggal beberapa dekade,” ujarnya.

“Kita harus mengganti waktu yang terbuang dengan menyeret kaki, memutarbalikkan tangan, dan keserakahan dari pihak-pihak yang sudah mengakar dan meraup miliaran dolar dari bahan bakar fosil,” tambahnya.

Konferensi satu hari ini – yang diadakan ketika dunia sedang bergulat dengan banjir dan kebakaran dahsyat – dimaksudkan untuk membangun momentum global menuju pengurangan polusi yang menyebabkan pemanasan global menjelang KTT iklim COP28 PBB di Dubai pada Desember mendatang.

KTT yang digelar pada Rabu (20/9/2023) ini tidak biasa karena keputusan Guterres untuk membatasi daftar pembicara hanya pada negara-negara yang dianggapnya memiliki rencana iklim yang jelas dan efektif, dan negara-negara yang siap mengirim pemimpin tingkat tinggi untuk berbicara.

Dari hampir 200 negara yang hadir di New York untuk menghadiri Majelis Umum, hanya 34 negara dan tujuh lembaga non-pemerintah yang mendapatkan kursi sebagai pembicara di pertemuan puncak PBB.

Yang tidak hadir dalam daftar pembicara adalah beberapa negara penghasil polusi terbesar di dunia, termasuk China atau Tiongkok, India, dan Amerika Serikat (AS), meskipun utusan iklim AS John Kerry juga hadir.

Yang juga tidak termasuk dalam daftar adalah Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak, yang menghadapi reaksi keras di dalam negeri atas rencana melemahkan komitmen iklim negaranya.

Selwin Hart, penasihat khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk aksi iklim dan transisi yang adil, mengatakan telah terjadi “kemunduran besar-besaran” terhadap komitmen.

“Negara-negara yang berkomitmen untuk mencapai net-zero pada tahun 2050, dan mencapai tujuan 1,5 derajat dalam Perjanjian Paris, mereka memperluas perizinan bahan bakar fosil pada saat ilmu pengetahuan mengatakan bahwa hal ini sama sekali tidak sesuai dengan tujuan 1,5 derajat tersebut,” katanya kepada CNN dalam wawancara pada Selasa (19/9/2023).

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement