Anusapati tahu yang membunuh ayah kandungnya adalah Ken Arok. Saat sedang makan suatu petang, Ken Arok dihabisi oleh orang suruhan Anusapati yang disebut Pangalasan.
Usai menjalankan misinya, sang Pangalasan dibunuh oleh Anusapati saat menghadapnya. Itu dilakukan untuk menghilangkan jejak. Sebab, jika sampai ada yang tahu, nyawa ia dan Ken Dedes juga terancam.
Selang waktu berjalan giliran Anusapati tewas oleh tikaman keris Mpu Gandring yang dilakukan oleh Tohjaya. Anusapati tewas saat ia tengah berjudi sabung ayam. Pasca tewasnya Anusapati, Tohjaya pun naik menjadi raja.
Kematian Anusapati meninggalkan luka bagi anaknya, Ranggawuni, yang mengetahui dalang pembunuh ayahnya adalah Tohjaya. Ranggawuni kemudian menjalin persekutuan dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng anak keturunan Ken Arok dengan Ken Dedes.
Tohjaya pun tewas ketika melarikan diri karena tikaman pedang Ranggawuni. Ranggawuni pun naik takhta di Tumapel menggantikan Tohjaya.
Saat menjadi raja Tumapel, Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Namun selain dipimpin oleh Ranggawuni, Tumapel saat itu juga dipimpin oleh Mahisa Campaka dengan gelar Narasimhamurti.
Keduanya kemudian mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan Kerajaan Tumapel dan Kediri. Sejak masa inilah anak turun Tunggul Ametung dalam hal ini Ranggawuni dan anak turun Ken Arok yakni Mahisa Campaka bersatu memimpin Tumapel.
Sejak Ranggawuni dan Mahisa Campaka bertakhta dan menyatukan dua keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung kutukan keris Mpu Gandring akhirnya terputus.
(Arief Setyadi )