“Prancis bisa saja keluar secara diam-diam setelah kudeta dan kembali bernegosiasi dengan para pemberontak. Mengapa Emmanuel Macron sekarang mengatakan dia tidak mengakui pemerintah kita, padahal dia menerima kudeta di negara lain seperti di Gabon dan Chad?,” ujarnya.
“Itulah yang membuat kami marah dan kami pikir Prancis menganggap kami idiot,” terangnya.
Saat salat, terjadi keributan ketika sebuah mobil besar yang diapit oleh penjaga bersenjata masuk.
Gubernur Niamey yang baru diangkat, Jenderal Abdou Assoumane Harouna – yang dikenal sebagai Plaquette – mengundurkan diri. Dia adalah pria dengan tinggi 6 kaki 5 inci atau sekitar 195 centimeter, mengenakan seragam militer dan baret hijau.
Dia mengatakan rakyat Niger menginginkan negara yang makmur, bangga dan berdaulat dan pihak luar harus menghormati keinginan mereka. Ketika tim BBC bertanya apakah junta bisa menjaga negaranya aman dari teroris, dia menjawab bahwa pasukan Niger selalu melindungi rakyatnya, dan bisa melakukannya tanpa mitra asing.
Namun mereka yang menentang rezim tersebut khawatir kepergian pasukan Prancis dapat menimbulkan bencana bagi Niger dan wilayah yang lebih luas.
“Dalam perang melawan teroris, Prancis adalah mitra utama yang menyediakan sebagian besar informasi intelijen yang membantu kita mengalahkan teroris,” kata Idrissa Waziri, mantan juru bicara Presiden terguling Mohamed Bazoum, yang berbasis di Paris, kepada tim BBC melalui Zoom.
“Keberangkatan Prancis yang terburu-buru telah menyebabkan memburuknya situasi keamanan di Mali dan Burkina Faso. Prancis saat ini telah menjadi kambing hitam untuk membuat orang turun ke jalan, dan menyalahkan mereka atas semua masalah kami,” terangnya.
“Prancis bukanlah masalahnya, masalahnya saat ini adalah upaya kudeta yang merupakan langkah mundur yang signifikan bagi Niger,” lanjutnya.