Selama beberapa dekade, waria di Filipina adalah penghibur populer yang berpakaian dan menirukan penyanyi dan aktris serta menyampaikan lucunya dalam pertunjukan stand-up.
Namun Pagente adalah bagian dari generasi baru waria yang menggunakan penampilan mereka untuk memperjuangkan tujuan mereka dan menguji batas-batas kebebasan berpendapat.
Waria itu mengatakan kepada AFP bahwa penangkapan tersebut menunjukkan “tingkat homofobia” di Filipina.
“Saya memahami bahwa orang-orang menyebut penampilan saya sebagai penghujatan, menyinggung, atau disesalkan. Namun, mereka tidak boleh memberi tahu saya bagaimana saya menjalankan keyakinan saya atau bagaimana saya melakukan kegiatan waria,” katanya sebagaimana dilansir BBC.
Para pendukungnya telah menyerukan pembebasan Pageente dengan tagar #FreePuraLukaVega, dengan alasan bahwa "menjadi waria bukanlah kejahatan". Beberapa orang membandingkan keadaan yang dialami pelaku dengan tersangka pembunuh dan pelaku kejahatan seksual, yang mereka klaim masih bebas dan belum ditangani secara adil.
Ryan Thoreson, pakar program hak LGBT+ Human Rights Watch, juga menyerukan agar dakwaan terhadap Pageente dibatalkan. “Kebebasan berekspresi mencakup ekspresi artistik yang menyinggung, menyindir, atau menantang keyakinan agama.”
(Rahman Asmardika)