GEDUNG Bappenas dibangun pada tahun 1925, masa awal pembangunan daerah Menteng oleh Pemerintah Kotapraja Batavia. Gedung berbentuk melebar ke samping itu dibangun sebagai gedung pertemuan perkumpulan kebatinan Ster van het Oosten (Bintang Timur).
Perkumpulan kebatinan ini diduga memiliki hubungan dengan organisasi rahasia Freemason, yang dianggap sebagai musuh oleh pihak kolonial Belanda lantaran tidak berdasarkan agama atau teologi manapun.
Sebagian besar anggota dari Freemason adalah orang-orang Belanda atau Eropa. Pribumi juga ada yang tergabung dalam kelompok ini. Namun, pribumi yang bergabung dengan kelompok ini hanya dari kalangan orang atas saja.
3 Anak Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI yang Punya Karier Cemerlang di TNI
Setiap diadakan pertemuan anggota, acara organisasi Freemason pasti dilakukan secara tertutup. Hal inilah yang menyulut desas-desus bahwa pertemuan tersebut untuk ritual dan masyarakat awam mulai menjulukinya dengan nama loji setan.
Mengutip Sindonews, gedung ini dulunya disebut dengan Adhuc Stat yang didirikan pada 1925 oleh arsitek Ir F.J.L Ghisel. Gedung Bappenas dibangun berdekatan dengan Taman Senopati. Pada masa itu disebut Burgemeester Bisschopplein yang terinspirasi dari nama Gubernur Batavia yang menjabat, yakni Bisschop.
Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini sempat digunakan sebagai kantor Dewan Perencanaan Nasional, yang bertugas membantu Presiden Soekarno dalam merumuskan rencana pembangunan nasional.
BACA JUGA:
Namun pada tahun 1965, setelah terjadi peristiwa G30S/PKI, gedung ini diambil alih oleh pihak militer yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Gedung ini kemudian dijadikan sebagai tempat pengadilan militer luar biasa (Mahmilub) untuk mengadili para tokoh-tokoh G30S/PKI.
Mahmilub merupakan pengadilan khusus yang dibentuk oleh Soeharto untuk menuntaskan kasus G30S/PKI secara cepat dan tegas. Mahmilub berwenang untuk menghukum mati atau seumur hidup para terdakwa tanpa adanya banding atau grasi.