Hal tersebut direspon kembali oleh pekerja bantuan di Gaza dan juru bicara pemerintah Gaza bahwa tidak ada tanda-tanda air mengalir kembali di wilayah tersebut.
Terdapat kelompok-kelompok bantuan yang memberikan perlindungan terhadap lebih dari 2 juta warga sipil di Gaza, dan mendesak dibuatnya koridor darurat untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Perbedaannya dengan eskalasi ini adalah kami tidak mendapat bantuan medis dari luar, perbatasan ditutup, listrik padam dan ini merupakan bahaya besar bagi pasien kami,” kata Dr. Mohammed Qandeel, yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di daerah Khan Younis selatan.
Menurut para dokter di zona evakuasi mereka tidak dapat mengevakuasi pasiennya secara aman sehingga mereka memutuskan untuk tetap tinggal dan merawat pasien sekalipun mengorbankan nyawa dirinya.
“Kami tidak akan mengevakuasi rumah sakit meskipun hal itu mengorbankan nyawa kami,” kata Dr. Hussam Abu Safiya, kepala pediatri di Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia.
“Jika para dokter memilih untuk pergi, tujuh bayi baru lahir di unit perawatan intensif akan meninggal,” katanya. Dan bahkan jika mereka bisa memindahkannya, tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi di wilayah pantai sepanjang 40 kilometer itu.