TIBET - Setiap budaya mempunyai persepsi berbeda tentang apa yang terjadi ketika kita meninggal. Yakni keselamatan abadi, reinkarnasi, ketiadaan.
Bagi mereka yang membayangkan kehidupan setelah kematian, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mencapainya? Bagi masyarakat Tibet, dilema ini dapat diatasi melalui praktik kuno 'pemakaman atau penguburan langit'.
Hal ini juga disebut sebagai penguburan selestial. Adapun istilahnya oxymoronic, yakni mayat sebenarnya tidak dikuburkan. Namun mereka ditinggalkan di lereng gunung dan terkena unsur-unsur di mana mereka dimakan oleh burung nasar atau Dakini (malaikat).
Kebiasaan ini dikenal sebagai jhator yaitu memberi sedekah kepada burung. Ini berasal dari Buddhisme Vajrayana, sebuah prinsip agama Buddha yang mengajarkan perpindahan roh.
Tubuh dianggap sekadar wadah bagi jiwa. Jadi begitu kehidupan telah habis masa berlakunya, maka kehidupan itu tidak perlu dilestarikan.