Serangan itu diyakini telah membunuh istri dan putra Deif yang berusia tujuh bulan. Deif pun bak seorang legenda “yang tak bisa dibunuh”, sehingga mendapat julukan “Kucing 9 Nyawa” karena selalu lolos dari upaya untuk nyawanya.
Selamatnya Deif ini karena dia kerap tinggal berpindah-pindah di rumah para simpatisan pejuang Palestina demi menghindari aksi intelijen Israel.
Tak berlebihan dia juga dijuluki "Sang Tamu". Padahal, menurut, sumber keamanan Israel, Deif kehilangan sebelah matanya, kedua kaki dan tangannya, serta menewakan istri dan kedua anaknya.
Taktik gerilya Deif ini mirip apa yang dilakukan Jendral Soedirman. Dimana "Jenderal Soedirman" harus berpindah pindah tempat meski harus ditandu. Melewati sungai, menembus hutan belantara, bersembunyi dalam gua, menginap di rumah penduduk yang dilewati rute gerilya, sehingga selalu lolos dari kejaran Belanda.
(Maruf El Rumi)