Protes anti-pemerintah, yang masih berlangsung, meletus di seluruh negeri ketika Amini meninggal setelah tiga hari dalam keadaan koma. Ratusan orang tewas dan ribuan lainnya ditahan dalam tindakan keras yang dilakukan pasukan keamanan.
Dalam perkembangan terpisah pada Minggu (22/10/2023), Pengadilan Revolusi menjatuhkan hukuman penjara yang lama kepada dua jurnalis perempuan yang melaporkan kematian Mahsa Amini tahun lalu.
Kantor berita negara Irna mengatakan Niloufar Hamedi dan Elaheh Mohammadi masing-masing dijatuhi hukuman tujuh tahun dan enam tahun penjara setelah dinyatakan bersalah bekerja sama dengan pemerintah Amerika yang bermusuhan" dan "berkolusi melawan keamanan nasional.
Para perempuan tersebut membantah tuduhan tersebut dan bersikeras bahwa mereka hanya melakukan pekerjaan mereka.
Hamedi, seorang jurnalis surat kabar Sharq, memotret ayah dan nenek Mahsa Amini berpelukan di rumah sakit setelah mengetahui kematiannya.
"Gaun hitam berkabung telah menjadi bendera nasional kita,” cuitnya di X.
Mohammadi, seorang reporter surat kabar Hammihan, menerbitkan cerita tentang pemakaman Amini di kampung halamannya di Saqqez. Dia menggambarkan bagaimana ratusan pelayat meneriakkan “Perempuan, kehidupan, kebebasan”, yang menjadi salah satu slogan utama protes.
(Susi Susanti)