Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Jalur Gaza Diserang Israel dan Latar Belakangnya

Salsabila Fitirah Puteri , Jurnalis-Kamis, 26 Oktober 2023 |20:05 WIB
Sejarah Jalur Gaza Diserang Israel dan Latar Belakangnya
Sejarah Jalur Gaza yang diserang Israel (Foto: Reuters)
A
A
A

GAZA - Jalur Gaza adalah wilayah yang sering menjadi sorotan dalam konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di sini memiliki akar sejarah yang rumit dan seringkali memunculkan pertanyaan tentang pemahaman latar belakangnya.

Dilansir dari berbagai sumber, konflik ini bermula dari Inggris yang mengambil kendali atas wilayah yang dikenal sebagai Palestina setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman selama Perang Dunia Pertama. Wilayah tersebut dihuni oleh sejumlah minoritas, termasuk kelompok mayoritas Arab dan minoritas Yahudi, serta kelompok etnis lainnya yang jumlahnya lebih sedikit.

Tetapi ketegangan antara dua kelompok etnis yang tinggal di wilayah tersebut semakin meningkat, sehingga komunitas internasional memberikan mandat kepada Inggris untuk membentuk "rumah nasional" bagi orang Yahudi di Palestina.

Dasar dari mandat ini adalah Deklarasi Balfour yang ditandatangani pada tahun 1917. Deklarasi ini dinamai sesuai dengan Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, yang mencapai kesepakatan dengan komunitas Yahudi di Inggris.

Deklarasi Balfour kemudian diintegrasikan ke dalam mandat Inggris atas Palestina dan mendapat dukungan dari Liga Bangsa-Bangsa yang baru terbentuk pada tahun 1922. Liga ini merupakan pendahulu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bagi komunitas Yahudi, Palestina memiliki makna sejarah sebagai rumah leluhur mereka. Namun, komunitas Arab di Palestina juga mengklaim hak atas wilayah tersebut dan menentang klaim eksklusif komunitas Yahudi di sana.

Antara tahun 1920-an hingga 1940-an, jumlah imigran Yahudi ke Palestina terus meningkat. Banyak dari mereka melarikan diri dari persekusi di Eropa, terutama yang diakibatkan oleh Holocaust yang dilakukan oleh rezim Nazi di Jerman dan negara-negara sekitarnya selama Perang Dunia Kedua.

Pertikaian antara komunitas Yahudi dan Arab di Palestina, semakin memuncak. Pada tahun 1947, PBB mengadakan pemungutan suara dan memutuskan untuk membagi Palestina menjadi dua negara, yaitu negara Yahudi dan Arab, dengan Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional.

Meskipun rencana ini diterima oleh para pemimpin Yahudi, rencana tersebut ditolak oleh pemimpin Arab dan akhirnya tidak pernah diimplementasikan.

David Ben-Gurion, tokoh pendiri Negara Israel, mengumumkan berdirinya Israel modern pada tanggal 14 Mei 1948. Hal ini bertujuan untuk menyediakan tempat yang aman bagi komunitas Yahudi yang mencari perlindungan dari penganiayaan dan berharap untuk mendirikan sebuah negara di tanah yang telah mereka anggap sebagai tempat yang memiliki hubungan sejarah selama beberapa generasi.

Namun, peristiwa penciptaan Israel ini disebut sebagai Nakba oleh warga Palestina, yang menganggapnya sebagai malapetaka. Mereka merasa bahwa hal ini mengakibatkan perampasan hak milik mereka dan menghentikan impian mereka untuk mendirikan negara mereka sendiri.

Setelah penciptaan Israel, terjadi konflik bersenjata yang mengakibatkan sekitar 700.000 warga Palestina, sebagian besar dari populasi Arab yang tinggal di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Mereka mencari perlindungan di negara-negara seperti Yordania, Lebanon, Suriah, serta di wilayah Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Israel, yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat (AS), membantah tuduhan bahwa mereka mengusir warga Palestina dari rumah mereka. Mereka berpendapat bahwa mereka diserang oleh lima negara Arab hanya satu hari setelah berdiri sebagai negara. Meskipun terjadi pakta gencatan senjata pada tahun 1949 yang menghentikan pertempuran, namun perdamaian resmi tidak pernah tercapai hingga saat ini.

Gaza saat ini dikuasai oleh Hamas, sebuah kelompok Islam yang memiliki tekad untuk mengakhiri eksistensi Israel. Banyak negara, termasuk Inggris, telah mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

Hamas berhasil memenangkan pemilihan terakhir di wilayah Palestina pada tahun 2006, dan kemudian mengambil kendali di Gaza pada tahun berikutnya dengan menjatuhkan kelompok saingan mereka, yaitu Fatah dan Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat.

Hal ini mengakibatkan terpecahnya pemerintahan Palestina menjadi dua entitas terpisah, yaitu pemerintahan Fatah di Tepi Barat dan pemerintahan Hamas di Gaza. Perpecahan ini semakin memperumit situasi, dan konflik semakin meruncing.

Sampai saat ini Israel masih menguasai wilayah Tepi Barat dan mengklaim seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kota negaranya. Di sisi lain, Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina yang diharapkan di masa depan. AS adalah salah satu negara yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sebuah pandangan yang tidak didukung oleh sebagian besar negara.

Dalam lima dekade terakhir, Israel telah membangun pemukiman-pemukiman di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemukiman-pemukiman ini saat ini dihuni oleh lebih dari 700.000 penduduk Yahudi.

Namun, banyak pihak, termasuk Dewan Keamanan PBB dan pemerintah Inggris, menganggap pemukiman-pemukiman ini ilegal berdasarkan hukum internasional. Sementara itu, Israel menegaskan bahwa pemukiman-pemukiman tersebut sah.

Sejarah Jalur Gaza ini adalah kisah konflik berlarut-larut yang telah melibatkan banyak pihak dan memunculkan pertanyaan tentang bagaimana konflik ini dapat diselesaikan. Upaya-upaya untuk mencapai perdamaian telah ada, namun tantangan-tantangan pun tetap terus berdatangan yang membuat konflik ini kian memanas.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement