Pernyataan bersama dari Seoul, Washington, dan Tokyo yang dirilis pada hari Kamis menegaskan bahwa ketiga negara tersebut sedang memantau dengan cermat semua materi yang diberikan oleh Rusia kepada Korea Utara yang dapat mendukung program militer Korea Utara.
Mereka menyatakan keprihatinan yang mendalam terkait potensi transfer teknologi terkait rudal nuklir atau balistik ke Korea Utara. Pernyataan ini menegaskan bahwa transfer senjata ke dan dari Korea Utara akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Padahal Rusia, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, sebelumnya memilih untuk tidak mematuhi resolusi tersebut.
Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 tes rudal sejak tahun lalu, sebagian besar dirancang untuk mensimulasikan serangan nuklir terhadap Korea Selatan dan AS.
Para ahli berpendapat bahwa pasokan teknologi senjata canggih dari Rusia dapat membantu Kim Jong Un dalam membangun sistem senjata nuklir yang jauh lebih andal dan dapat diandalkan.
Korea Utara tampaknya tertarik untuk memproduksi satelit mata-mata dengan bantuan Rusia. Baru-baru ini, Korea Utara dua kali mencoba untuk meluncurkan satelit mata-mata ke orbit, tetapi upaya tersebut gagal karena masalah teknis.
Mereka berkomitmen untuk melakukan peluncuran ketiga pada bulan Oktober, meskipun Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada tanda-tanda konkret terkait peluncuran di fasilitas peluncuran utama Korea Utara.