Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Imam Besar Masjid Istiqlal: Pemuda Indonesia Jangan Pesimistis Memandang Bangsanya

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Sabtu, 28 Oktober 2023 |12:22 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal: Pemuda Indonesia Jangan Pesimistis Memandang Bangsanya
Imam Besar Masjdi Istiqlal menyatakan pemuda Indonesia jangan pesimistis memandang bangsanya. (Ist)
A
A
A

Ia menambahkan, tokoh Indonesia yang juga menginspirasinya dan dianggapnya sebagai “guru” adalah Ahmad Syafi’i Maarif atau Buya Syafi’i. Chris menyebut, Buya, yang lahir 7 tahun setelah Sumpah Pemuda, mengatakan lewat bukunya bahwa pluralisme tepat dilakukan dan bermanfaat bagi semua orang. Sumpah Pemuda benar-benar menggambarkan dan mengejawantahkan nilai pluralisme bahwa kita harus mempunyai kapasitas untuk menghormati satu sama lain sebagai satu bangsa.

Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ponpes As’adiyah, Dr Tarmizi Tahir, mengatakan para santri di pesantren memiliki “ikrar santri” sebagai implementasi dari nasionalisme santri. Salah satu isi dari ikrar tersebut adalah santri di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila dan berkonstitusi UUD 1945, serta berkebudayaan Bhinneka Tunggal Ika.

Guru Sekolah Kristen Tritunggal, Danny Prasetyo, mengatakan Sumpah Pemuda 1928 menjadi bukti bahwa semangat persatuan dan rasa bangga atas tumpah darah Indonesia sudah tumbuh jauh sebelum kemerdekaan. Penekanan dalam Sumpah Pemuda adalah kata “kami”, bukan “aku”, artinya generasi muda saat ini harus mampu mengendalikan ego dan kepentingan pribadi, sebaliknya mengutamakan kepentingan umum, bangsa, dan negara.

Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho mengatakan program literasi keagamaan lintas budaya, atau LKLB, merupakan upaya bersama Institut Leimena dan berbagai mitra untuk meneruskan semangat dan cita-cita Sumpah Pemuda. Program itu difokuskan kepada guru dan pendidik agama karena pentingnya peran pendidikan dalam membangun sikap saling menghargai sesama manusia terlepas dari berbagai perbedaan. Program LKLB telah diikuti sedikitnya 5.700 guru lintas agama dan penyuluh agama dari 34 provinsi sejak diadakan tahun 2021.

“Dalam masyarakat yang religius seperti Indonesia, kita tidak bisa mengabaikan pentingnya mengembangkan kemauan dan kemampuan untuk membangun relasi dan kolaborasi dengan penganut agama dan kepercayaan berbeda. Tanpa ini, masyarakat kita akan mudah diadu domba dan terpecah belah,” kata Matius.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement