Lebih dari satu juta ton air limbah yang diolah terakumulasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima setelah rusak parah akibat tsunami pada 2011.
Larangan impor dari Tiongkok dilakukan meskipun Jepang mengatakan air tersebut aman, dan banyak ilmuwan menyetujuinya. Pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyetujui rencana tersebut.
Tokyo juga menekankan bahwa pelepasan air limbah serupa biasa terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir lainnya di Tiongkok dan Prancis.
Jepang membuat laporan rutin yang menunjukkan bahwa air laut di dekat Fukushima tidak menunjukkan tingkat radioaktivitas yang terdeteksi.
Pada Minggu (29/10/2023), para menteri perdagangan dari Kelompok Tujuh (G7), sebuah organisasi yang disebut sebagai negara dengan ekonomi "maju" terbesar di dunia, menyerukan pencabutan segera larangan terhadap makanan Jepang.
(Susi Susanti)