Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Imbas Perang di Gaza, Dukungan Warga Arab-Amerika untuk Biden Terjun ke Tingkat Terendah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 02 November 2023 |10:07 WIB
Imbas Perang di Gaza, Dukungan Warga Arab-Amerika untuk Biden Terjun ke Tingkat Terendah
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Foto: Reuters)
A
A
A

WASHINGTON – Dukungan warga Arab-Amerika terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden anjlok ke titik terendah sepanjang masa, yaitu 17 persen karena ia terus mendukung serangan Israel di Gaza, menurut sebuah survei baru.

Studi tersebut, yang dirilis pada Selasa, (31/10/2023) oleh lembaga pemikir Arab American Institute (AAI), menunjukkan penurunan dukungan yang mengejutkan sebesar 42 persen di kalangan komunitas Arab Amerika sejak 2020, tahun terpilihnya Biden.

Sebagian besar responden juga mengatakan bahwa mereka memiliki sikap negatif terhadap Biden dengan tingkat persetujuannya yang anjlok hingga 29 persen, turun 18 persen sejak April.

James Zogby, presiden AAI, menggambarkan temuan ini sebagai sesuatu yang “dramatis”.

“Ketidakpuasan terhadap Presiden Biden sangat signifikan,” kata Zogby dalam pengarahan virtual, sebagaimana dilansir Al Jazeera. “Jumlahnya sangat rendah, lebih banyak dari yang pernah saya lihat pada calon presiden dari Partai Demokrat.”

Penelitian tersebut dilakukan pekan lalu dengan menyurvei 500 responden Arab Amerika.

Data baru ini bertepatan dengan komitmen Biden terhadap “dukungan yang kuat dan tak tergoyahkan” untuk Israel, ketika negara itu melanjutkan operasi militer di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 8.500 warga Palestina sejak 7 Oktober.

Presiden Amerika Serikat yang berasal dari Partai Demokrat ini mencalonkan diri untuk dipilih kembali, dan walaupun pemungutan suara tersebut baru akan dilaksanakan pada November tahun depan, banyak pendukung Palestina, Arab dan Muslim Amerika yang telah berjanji untuk tidak mendukungnya atas pendiriannya mengenai perang.

Suehaila Amin – seorang aktivis Arab-Amerika di Michigan, sebuah negara bagian yang merupakan rumah bagi komunitas Arab yang besar – mengatakan kepada Al Jazeera awal pekan ini bahwa kemarahan yang meningkat terhadap presiden kemungkinan akan terasa di kotak suara pada 2024.

“Kita menyaksikan pembantaian yang terjadi di depan mata kita, dan kepemimpinan AS sama sekali tidak memiliki penyesalan atau belas kasihan atau rasa kemanusiaan yang sama atas apa yang terjadi,” kata Amin.

AS memberi Israel lebih dari USD3,8 miliar dana militer setiap tahunnya, tetapi sejak perang dimulai, Biden berjanji untuk memberikan bantuan lebih lanjut kepada Israel, termasuk amunisi dan senjata lainnya. Gedung Putih juga telah meminta bantuan tambahan sebesar USD14 miliar kepada Israel dari Kongres bulan ini.

Selain itu, para kritikus mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah mengasingkan pemilih Arab-Amerika karena tidak menyebutkan – atau bahkan mengabaikan – penderitaan Palestina.

Biden mempertanyakan jumlah warga Palestina yang tewas dalam konflik tersebut, dengan mengatakan bahwa dia “tidak yakin dengan jumlah yang digunakan oleh warga Palestina”. Dan kantornya dituduh menyamakan seruan gencatan senjata dengan anti-Semitisme.

Sejak dimulainya perang di Gaza, survei opini publik lainnya juga menunjukkan ketidakpuasan terhadap cara Biden menangani krisis tersebut.

Misalnya saja, meskipun AS dengan tegas menolak seruan untuk mengakhiri pertempuran, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga think tank progresif, Data for Progress, menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih di AS – termasuk mayoritas anggota Partai Demokrat – mendukung gencatan senjata di Gaza.

Secara keseluruhan, 66 responden mengatakan AS harus mendorong gencatan senjata. Jumlah tersebut mencakup 80 persen anggota Partai Demokrat, 57 persen anggota independen, dan 56 persen anggota Partai Republik. Jajak pendapat tersebut mensurvei 1.329 calon pemilih.

Pekan lalu, jajak pendapat Gallup juga menunjukkan bahwa dukungan terhadap Biden turun 11 poin persentase di kalangan pemilih dari Partai Demokratnya sendiri.

Angka tersebut meningkat dari 86 persen pada bulan September menjadi 75 persen pada bulan ini. Tingkat persetujuan terhadap pekerjaan presiden AS secara keseluruhan adalah 37 persen.

Dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan temuan jajak pendapat tersebut, Gallup mencatat perang di Gaza sebagai faktor penyebabnya. “Biden mendapat kritik dari beberapa anggota partainya karena terlalu dekat dengan Israel dan tidak berbuat cukup banyak untuk Palestina,” katanya.

Para analis telah memperingatkan bahwa dukungan kuat Biden terhadap Israel dapat mengasingkan pemilih progresif dan muda, sehingga mengurangi peluangnya untuk terpilih kembali pada 2024.

Sedangkan bagi orang Amerika keturunan Arab, Zogby mengatakan pada Selasa bahwa hak-hak Palestina tetap menjadi isu utama bagi mereka – sesuatu yang tampaknya tidak dipahami oleh pemerintahan Biden.

“Palestina masih menjadi luka di hati yang tak kunjung sembuh. Hal ini sama pentingnya secara emosional bagi orang-orang keturunan Arab seperti halnya Wounded Knee bagi penduduk asli Amerika,” katanya, merujuk pada pembantaian masyarakat Pribumi pada 1890 di South Dakota.

“Itu tidak bisa dilupakan. Ini adalah simbol dari sebuah luka. Dan ini nyata, dan orang-orang bereaksi secara mendalam terhadapnya.”

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement