UKRAINA - Para panglima militer Ukraina menghadapi kritik yang semakin besar atas serangan rudal Rusia baru-baru ini yang diyakini telah menyebabkan banyak korban di pihak Ukraina.
Media Ukraina dan blogger militer Rusia mengatakan lebih dari 20 tentara Ukraina tewas pada upacara penghargaan Jumat (3/11/2023) di dekat garis depan selatan.
Militer Ukraina belum memberikan jumlah korban yang disebutnya sebagai "tragedi" di wilayah Zaporizhzhia.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan insiden itu sebetulnya bisa dihindari.
“Proses pidana telah dimulai,” terang pemimpin Ukraina itu dalam sebuah postingan di media sosial pada Minggu (5/11/2023), dikutip BBC.
“Setiap prajurit di zona tempur – di garis tembak musuh dan pengintaian udara – tahu bagaimana berperilaku di tempat terbuka, bagaimana memastikan keselamatan,” lanjutnya.
Sejumlah tentara dan pakar militer Ukraina mengatakan upacara tersebut seharusnya tidak dilakukan di wilayah yang berisiko terkena serangan.
Mereka mengatakan para perwira Ukraina seharusnya menyadari bahwa pesawat tak berawak Rusia terus-menerus memantau aktivitas pasukan Ukraina di dekat garis depan untuk memandu serangan udara dan artileri.
Rekaman drone kini telah muncul di saluran Telegram Rusia yang konon menunjukkan momen serangan mematikan yang tampak seperti upacara terbuka.
Sejumlah jenazah yang diyakini tentara Ukraina juga terlihat tergeletak di tanah.
Militer Rusia belum secara resmi mengomentari serangan tersebut.
Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov pada Sabtu (4/11/2023) mengkonfirmasi laporan media sebelumnya bahwa tentara Ukraina dari Brigade Serangan Gunung ke-128 "Zakarpattia (Transcarpathia)" terbunuh pada Jumat (3/11/2023).
Dalam pernyataannya, ia juga memerintahkan dilakukannya "penyelidikan penuh" atas apa yang disebutnya sebagai "tragedi".
Sementara itu, Komando Strategis Ukraina (StratCom) mengatakan Iskander-M – rudal balistik jarak pendek Rusia – digunakan dalam serangan itu. Sejumlah warga sipil terluka.
Pada Minggu (5/11/2023), anggota parlemen Ukraina Mykhailo Volynets mengatakan 28 orang tewas dan 53 luka-luka dalam serangan itu, namun hal ini belum dikonfirmasi secara resmi.
Presiden Zelensky mengatakan dia ingin "menetapkan kebenaran lengkap tentang apa yang terjadi dan mencegah kejadian serupa terjadi lagi".
Brigade 128 belum memberikan komentar resmi mengenai masalah ini.
Tiga hari berkabung telah diumumkan di wilayah Transcarpathia paling barat di Ukraina, tempat sebagian besar korban diyakini berasal.
Kyiv belum mengungkapkan secara terbuka lokasi serangan tersebut, namun laporan di media Ukraina mengatakan bahwa lokasi serangan terjadi di sebuah desa dekat garis depan.
Blogger Rusia mengatakan bahwa itu adalah desa Dymytrovo (diganti namanya menjadi Zarichne oleh Ukraina pada tahun 2016).
Serangan itu diyakini terjadi ketika pasukan Ukraina memperingati Hari Artileri, merayakan personel militer yang bekerja di unit artileri dan rudal.
Ruslan Kahanets, komandan batalion sukarelawan Ukraina Sonechko (Sun), mengatakan dalam sebuah posting Facebook pada Sabtu (4/11/2023) bahwa ada “tumpukan perwira dan tentara yang tewas” setelah serangan Rusia.
Ia juga mengunggah foto kendaraan yang terbakar dan jenazah tentara yang tewas.
Sebuah video juga muncul yang memperlihatkan seorang tentara Ukraina, yang diyakini berasal dari brigade yang berlokasi di dekatnya, yang secara terbuka mengkritik petugas karena mengorganisir upacara penghargaan yang dilaporkan.
Tentara yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa desa-desa di garis depan diserang “secara metodis dan teratur” dan “siapa pun yang berada di sini akan memberitahu Anda hal ini”.
"Sebagai akibat dari barisan [upacara] ini, banyak pembela Ukraina dan warga sipil tewas,” terangnya.
Ia menanyakan apa yang dipikirkan petugas yang mengumpulkan massa, karena "semua orang di garis depan tahu bahwa kerumunan lebih dari dua orang selalu memprovokasi 'kedatangan' ['pemogokan' dalam jargon militer]".
Serhiy Sternenko, seorang sukarelawan Ukraina yang terkenal, pada hari Sabtu menyarankan agar komandan yang mengatur upacara tersebut harus dipenjara seumur hidup.
"Kejadian serupa sudah banyak terjadi. Sayangnya. Tanpa perubahan yang sistematis, kejadian seperti itu akan lebih banyak terjadi," ujarnya.
Sejumlah pengguna media sosial di Ukraina menyuarakan kemarahannya dan menuntut hukuman bagi penyelenggara upacara penghargaan.
"Siapa yang mengumpulkan mereka di sana, kenapa nama orang ini dirahasiakan? Inisiatif siapa? Apakah orang-orang ini sudah dalam penyelidikan?" kata seorang pengguna.
"Bagaimana mungkin mengumpulkan SEMUA prajurit kita di satu tempat?,” ujar warganet yang lain.
Sementara itu, blogger militer Rusia mengatakan lebih dari 20 tentara Ukraina tewas.
Seorang blogger pada Minggu (5/6/2023) menyarankan agar para pemimpin militer Ukraina sekarang harus berpikir mengapa insiden seperti itu menjadi lebih sering terjadi.
Sementaraa itu, seorang blogger pro-Kremlin lainnya menulis bahwa sebelumnya, orang Ukraina telah 'menghukum' orang Rusia dengan cara yang sama beberapa kali. “Dan kami segera lupa untuk mengantri di luar, berhenti berkerumun dan mulai terus-menerus melihat ke langit,” tulisnya.
(Susi Susanti)