JAKARTA - Kisah perempuan Indonesia yang jadi agen Mata-mata CIA hingga dihukum mati di Korea Utara, menarik untuk dibahas.
Perempuan tersebut bernama Gertrude Banda. Nama “Banda” sepertinya merujuk ke Pulau Banda di Kepulauan Maluku. Karena menjadi mata-mata, dia dihubungkan dengan nama Margaretha Geertruida Zelle yaitu, salah satu ahli telik sandi perempuan yang terkenal di dunia saat itu dengan nama Mata Hari.
Sedangkan, sumber lain tentang hidupnya sebagai mata-mata menggambarkannya masih muda, cantik, dan berusia kurang dari 50 tahun.
Dilansir beragam sumber, Senin (20/11/2023), setelah menempuh pendidikan tinggi, Banda menjadi guru di Indonesia. Cerita lain menyebut bahwa ketika berusia dua puluhan, dia menjadi simpanan pengusaha perkebunan Belanda kaya berumur lebih dari 60 tahun.
Ia memberinya kemewahan dan memperlakukannya seperti istrinya. Dia meninggal pada 1935 dan meninggalkan kekayaan yang cukup besar untuknya.
Banda menjadi pesohor di Batavia. Saat Perang Dunia Kedua meletus, rumahnya diambil alih dan menjadi tempat pertemuan para perwira Jepang.
Dia menjadi telik sandi secara kebetulan, hanya perlu mendengarkan pembicaraan penjajah Jepang dan gosip dari kolaboratornya orang Eurasia, yang dia lihat setiap hari ketika mengajar.
Banda selanjutnya meneruskan semua informasi yang dipelajarinya kepada gerakan bawah tanah Indonesia. Mereka kemudian meneruskannya ke dinas intelijen Inggris, yang bekerja dengan para gerilyawan di hutan, untuk disiarkan melalui radio ke London.
Untuk menghindari kecurigaan, Banda menyampaikan sedikit informasi kepada Jepang yang menganggapnya berharga karena mereka tidak memiliki sumber lain untuk membandingkan informasinya.
Banda sebagai agen ganda, tapi kesetiaannya kepada Sekutu dan rakyat Indonesia. Ia mampu mengumpulkan informasi tanpa menggunakan trik seksual apa pun.
Setelah perang, Banda diam-diam bekerja untuk kemerdekaan Indonesia dengan pemimpin pejuang kemerdekaan. Soekarno, kemudian terpilih sebagai presiden Indonesia yang baru merdeka.
Banda jatuh cinta dan menikah dengan seorang pemimpin gerilyawan Indonesia yang yakin bahwa satu-satunya cara bisa merdeka adalah bersekutu dengan faksi komunis. Banda meyakinkannya bahwa itu pendekatan yang salah. Dia berhasil mengajaknya untuk melawan komunis dan mendukung kebijakan Inggris dan Amerika Serikat di Asia Tenggara.
Kemudian ia pergi ke Washington, atas perintah Inggris untuk memohon peningkatan dukungan Amerika Serikat bagi rencana Inggris untuk kemerdekaan Indonesia.