JAKARTA - Pondok Gede, sebuah nama yang tak hanya menggema sebagai perbatasan antara Bekasi dan Jakarta, tetapi juga membawa jejak sejarah yang panjang. Secara administratif, Pondok Gede kini menjadi sebuah kecamatan di Kota Bekasi, namun, pada tahun 1775, kawasan ini hanya terkenal sebagai lahan pertanian dan peternakan yang dikenal dengan sebutan Onderneming.
Di tengah gemerlapnya modernitas dan kehidupan perkotaan yang padat, sulit untuk membayangkan bahwa Pondok Gede pernah menjadi hamparan hijau yang didominasi oleh tanaman dan peternakan. Namun, seperti banyak kawasan di sekitar Jakarta, Pondok Gede memiliki akar yang dalam dalam sejarah agrarisnya.
Berikut gambaran mengenai perjalanan sejarah dan asal usul Pondokgede yang menarik untuk dijelajahi.
Pada masa lampau, pada tahun 1775, sebuah rumah megah berdiri di tengah-tengah ladang dan peternakan di Pondok Gede. Rumah ini adalah milik seorang tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman.
Bangunan itu sendiri memiliki dimensi yang mengesankan, dengan panjang yang menciptakan siluet yang menawan, serta atap yang besar yang melindunginya dari berbagai cuaca.Keunikan rumah Johannes Hoojiman terletak pada perpaduan gaya arsitektur yang mencerminkan pengaruh kolonial pada masa itu.
Lantai pertama dirancang dalam gaya Indonesia terbuka dengan serambi pada ketiga sisinya, mengikuti tradisi joglo yang kental. Sementara itu, bagian depan yang bertingkat dua mengadopsi gaya tertutup Belanda, memberikan sentuhan arsitektur kolonial. Transformasi rumah ini sejalan dengan perubahan zaman.