JAYAPURA - Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan menjadi saksi kejadian tragis saat enam prajurit dari Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Kostrad gugur dalam serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kapolda Papua, Irjen Mathius Fakhiri menekankan agar anggota kepolisian tidak terpancing dengan adanya insiden tersebut. Sebab, sangat berisiko.
Berikut fakta-fakta seputar pernyataan Kapolda Papua:
1. Pos TNI Tidak Diserang Langsung
Menurut Irjen Fakhiri, penembakan yang terjadi di Pos TNI Distrik Paro bukanlah hasil dari serangan langsung, melainkan gangguan. Penjelasan ini bertujuan untuk memberikan konteks mengenai kejadian tersebut.
"Jika dikatakan bahwa Pos TNI diserang sebenarnya tidak, tapi terjadi gangguan," ujarnya.
2. Resiko Mengejar KKB:
Irjen Fakhiri menekankan resiko yang terkait dengan upaya mengejar KKB teroris, terutama karena jarak yang sangat jauh antara Distrik Paro dan Distrik Kenyam.
Sebagai langkah pencegahan, ia meminta para Kapolres untuk tidak mempertaruhkan keselamatan anggota dengan mengejar KKB.
3. Penangkapan KKB
Irjen Fakhiri menyatakan komitmen pihaknya dalam menjalankan langkah-langkah penegakan hukum. Ia berharap agar anggota Polri dan TNI yang bertugas di wilayah tersebut dapat berhasil menangkap anggota KKB serta membongkar jaringan mereka yang menentang ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Karena memang sudah banyak anggota KKB yang ditangkap sehingga diharapkan ini bisa dikembangkan supaya ke depan semua jaringan mereka bisa diketahui," tuturnya.
Kapolda Papua menegaskan, sejumlah anggota KKB telah berhasil ditangkap. Dalam konteks ini, upaya akan terus dilakukan untuk mengembangkan informasi sehingga semua jaringan KKB dapat diidentifikasi dengan baik demi keamanan kedepannya.
4. Peringatan dan Peningkatan Keamanan
Kapolda Papua mengingatkan aparat keamanan untuk tidak terpancing oleh provokasi KKB dan tetap menjaga kewaspadaan. Ia menekankan perlunya peningkatan keamanan guna mencegah gangguan serupa di masa depan.
(Arief Setyadi )