RAJA Singasari, Kertanegara menolak mentah-mentah seruan Khubilai Khan untuk mengakui kekuasaannya. Kertanegara bahkan memotong telinga utusan Khubilai Khan.
Hal ini membuat Kekaisaran Mongol murka. Mereka pun menyiapkan pasukan untuk menyerang Singasari. Merka sampai ke Majapahit pada 1 Maret 1293. Sebelumnya, mereka mendarat di Tuban, mendirikan perkemahan di tepi Sungai Brantas.
Namun peta perpolitikan di tanah Jawa telah berubah. Raja Kertanegara telah tewas dibunuh oleh Raja Jayakatwang dari Kediri. Hal tersebut tidak diketahui oleh Jenderal Ike Mese, utusan Mongol.

Ritual Duduk di Batu Putih Tandai Bertahtanya Raden Wijaya di Kerajaan Majapahit
Kedatangan Pasukan Mongol diketahui oleh Raden Wijaya yang telah bermukim di kawasan hutan Tarik, dekat Muara Kali Brantas. Menantu Kertanegara ini pun berencana mengajak pasukan Mongol untuk bekerjasama membalaskan dendamnya menghancurkan Kediri.
Raden Wijaya dengan didampingi oleh Aryawiraraja, penguasa Sumenep menemui Jenderal Ike Mese. Mereka menyakinkan Jenderal Ike Mese akan ikut berperang. Raden Wijaya menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik
Bergabunglah dua kekuatan yaitu pasukan Tar Tar di bawah Pimpinan Jenderal Ike Mese dan pasukan Raden Wijaya, menyerang Kerajaan Kediri.
Pada 20 Maret 1293, tentara gabungan Raden Wijaya dan Mongol mengepung Jayakatwang. Mereka kocar-kacir dan terjun ke Sungai Brantas. Lebih dari 5.000 pasukan mati terbunuh. Jayakatwang mundur ke istana bersama pengikutnya. Sorenya, Jayakatwang menyerah.

Kerajaan Majapahit Bergejolak Usai Raja Raden Wijaya Mangkat
Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut. Namun dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja, utusan Mongol di bawah pimpinan Jendral Kau Tsing diminta menjemput para putri tersebut di Desa Majapahit tanpa membawa senjata.
Hal itu dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi.
Raden Wijaya minta izin pulang ke Majapahit. Dia beralasan ingin menyiapkan upeti bagi kaisar. Dia pulang dengan dikawal dua perwira dan 200 prajurit.
Kemudian diadakan pesta besar-besaran untuk merayakan kemenangan mereka, yang disambut dengan antusias oleh seluruh bala tentara Mongol, arak disajikan dalam jumlah besar, seluruh pasukan Mongol berpesta pora.
Setelah seluruh pasukan Mongol larut dalam suasana kemenangan, tiba-tiba pasukan Raden Wijaya menyerang Prajurit Mongol yang berkemah di Daha dan Canggu.
Serangan Pasukan Raden Wijaya yang mendadak tidak diperhitungkan oleh Tentara Mongol. Tentara Mongol kalang kabut dihantam oleh pasukan Raden Wijaya. Mereka yang selamat berlari menuju ke kapal mereka di muara Kali Brantas.